Bantuan Rp 2,4 Juta untuk Pengusaha Mikro Cair Bulan Ini

Bantuan dari pemerintah in imenyasar 12 juta pengusaha mikro dengan syarat penerima belum pernah atau tidak sedang menerima pinjaman dari perbankan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Agu 2020, 14:40 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan ada lima skema perlindungan dan pemulihan KUMKM di tengah pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah kembali memberikan bantuan kepada sektor usaha. Kali ini, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM memberikan program bantuan produktif untuk usaha mikro sebesar masing-masing Rp 2,4 juta untuk 12 juta pelaku usaha mikro.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebutkan program ini akan segera dimulai pada bulan ini.

“Ini kita sudah siapkan. Pertengahan Agustus ini sudah bisa kick off,” ujar dia dalam Keterangan Pers Pengumuman Bantuan Usaha Mikro, Rabu (12/8/2020).

Bantuan ini nantinya menyasar 12 juta pengusaha mikro dengan syarat penerima belum pernah atau tidak sedang menerima pinjaman dari perbankan.

Jika syarat utama terpenuhi, dan data telah tervalidasi, bantuan akan dikirim langsung ke rekening penerima dalam satu kali transfer.

“Akan ditransfer sebesar Rp 2,4 juta sekali transfer. Dan pengusaha mikro itu langsung ditransfer ke rekening penerima,” kata Teten.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020


98 Persen UMKM Indonesia Masih Berskala Usaha Mikro

Perajin menyelesaikan pembuatan wajan yang terbuat dari pelat besi di Desa Cibadak, Tanah Sareal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (5/8/2020). Pemerintah akan memberi bantuan Rp 2,4 juta dan kredit bunga rendah kepada UMKM untuk membantu pemulihan ekonomi nasional. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Sebelumnya, meskipun dalam situasi pandemi covid-19, Pemerintah memanfaatkan kondisi itu untuk mendorong UMKM naik kelas supaya struktur komposisi UMKM lebih banyak di usaha menengah dengan pendekatan low touch dan high touch.

“Saat ini bentuk komposisi UMKM Indonesia itu bentuknya piramida, sangat besar jumlahnya di kelompok usaha mikro dengan jumlah 63,3 juta atau 98 persen. Usaha kecil 783 ribu atau 1,28 persen, usaha menengah itu hanya 60 ribu atau 0,09 persen. Sehingga strukturnya sangat besar di usaha mikro,” kata Deputi Produksi dan Pemasaran Kemenkop UKM Victoria Simanungkalit,  dalam webinar Membangun UMKM Berkelanjutan, Selasa (11/8/2020).

Victoria menjelaskan, dengan adanya usaha mikro, kecil dan menengah, maka pendekatannya pun tentu berbeda. Untuk usaha mikro dan kecil dilakukan pendekatan low touch.

Yakni lebih banyak diarahkan memberikan konsultasi, pendampingan dan pendaftaran usaha agar mereka lebih informal. Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM juga memberikan pendekatan inkubasi bisnis dan sharing mindset kewirausahaan.

“Supaya mereka berbisnis itu tidak semata-mata karena kepepet, tapi mereka memang ingin punya mimpi untuk mengembangkan bisnisnya secara berkelanjutan,” ujarnya.

Pendekatan berikutnya membuat packaging mereka menarik dan brand bersama, karena mereka sangat kecil-kecil, jika dibiarkan pelaku usaha kecil bertanding di pasar mereka akan ketinggalan. Sehingga kita dorong mereka mempunyai brand Bersama.

Kemudian pendekatan lainnya mengkampanyekan atau menunjukkan kisah-kisah sukses dari pengusaha-pengusaha mikro yang naik kelas, membuat konten-konten tutorial dan best praktis bisnis UMKM yang populer termasuk modul manajemen keuangan operasional, pengembangan pemasarannya, dan pengembangan SDM nya.

“Kita lebih memfokuskan usaha kecil kepada permodalan sekedar modal kerja agar mereka bisa menggerakkan ekonominya, untuk tetap eksis,” ujarnya,

Sementara untuk usaha menengah akan didorong menjadi usaha besar, dengan pendekatan high touch seperti digitalisasi bisnis modelnya, pemasarannya, dan membantu mereka memperluas pasarnya dengan membuka kanal-kanal distribusi.

“Ini perlu kita kembangkan dan meng scaling up mereka menjadi UMKM yang go internasional, dan kita mendorong pendamping-pendamping, jadi di dua kelompok ini memang kita memberikan pendampingan yang berbeda,” ujarnya.

Menurutnya kelompok usaha menengah yang high touch tidak cukup hanya membutuhkan modal kerja, melainkan perlu dikembangkan sisin permodalan dan investasinya agar mereka mampu mengembangkan teknologi dan pasar.   


Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya