Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mencatat penjualan mobil dan motor baru per Juni 2020 mengalami penurunan masing-masing 46 persen dan 40 persen. Sedangkan penjualan mobil bekas diprediksi menurun hingga 89 persen.
“Saya yakin bahwa apa yang terjadi pada saat ini penjualan mobil baru turun 46 persen, motor baru 40 persen, dan penjualan mobil bekas juga diprediksi akan turun 89 persen. Perusahaan Pembiayaan yang tidak terafiliasi yang terancam tidak memiliki likuiditas yang cukup,” kata Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno, dalam webinar, Rabu (12/8/2020).
Advertisement
Oleh karena itu, kata dia, perusahaan pembiayaan memiliki strategi untuk bertahan di tengah situasi pandemi covid-19 ini. Caranya, dengan menerapkan efisiensi biaya, mencari sumber dana bank, non bank, obligasi, pasar modal dan lainnya, serta selektif memilih debitur.
Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang melakukan efisiensi biaya dalam melakukan aktivitas. Begitupun dengan Perusahan Pembiayaan juga bisa menerapkan hal serupa dengan menggunakan teknologi untuk mengurangi biaya operasional.
Kata Suwandi, seleksi memilih debitur ke depan akan menjadi suatu perubahan pola nilai normal bukan hanya dalam kehidupan, tetapi juga dalam kegiatan-kegiatan industri keuangan. Sama halnya dengan sumber dana yang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perusahaan pembiayaan
“Karena adalah darah dari perputaran bagaimana kita bisa bertumbuh menjadi satu industri pembiyaan yang sangat besar tentu tidak lepas dari dukungan perbankan,” ujarnya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Krisis Kepercayaan
Kendati begitu, memang ada beberapa pusat pembiayaan yang harus berjuang keras dalam mendapatkan pembiayaan. Ia berharap apa yang diperjuangkan oleh perusahan-perusahan pembiayaan bisa diberikan kepercayaan lagi oleh perbankan.
“Saya selalu menyampaikan apa yang terjadi sangat menyakitkan buat industri kita semoga teman-teman perbankan bisa memulai dengan suatu chapter yang baru, suatu perjalanan yang baru mungkin kalau dulunya memberikan pinjaman langsung Rp50-100 miliar mungkin kita bisa mulai Kembali dengan angka yang lebih kecil,”ungkapnya.
Demikian di tengah pandemi, munculnya restrukturisasi di perusahaan pembiayaan berpotensi pada tergerusnya margin. Ditambah, perusahaan pembiayaan juga harus menghadapi menurunnya kepercayaan investor dan perbankan yang berdampak pada sulitnya pendanaan.
Advertisement