Liputan6.com, Jakarta - Xiaomi merayakan ulang tahunnya yang ke-10. Berawal dari perusahaan kecil (startup) yang memasarkan smartphone, kini Xiaomi dikenal sebagai perusahaan teknologi dengan berbagai perangkat cerdas dan Internet of Things (IoT) untuk mendukung gaya hidup.
CEO dan pendiri Xiaomi Lei Jun, dalam pidatonya pada 11 Agustus 2020 dengan tema 'From 10 to Infinity', menceritakan kembali perjalanan 10 tahun Xiaomi yang memulai dari awal hingga tumbuh menjadi perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune Global 500.
"Jika kami dapat menggabungkan perangkat lunak, perangkat keras, dan layanan internet, kami akan merintis jalan kami sendiri menuju kesuksesan. Namun akan memunculkan tantangan yang disruptif dan mengubah aturan,” kata Lei Jun sebagaimana dikutip dari blog resmi perusahaan, Rabu (12/8/2020).
Ia mengaku kerap memikirkan hal tersebut dan akhirnya keluar dengan 'jalan pintas'. Di industri saat itu, Motorola memiliki bisnis perangkat keras terbaik, Microsoft punya perangkat lunak terbaik, dan Google layanan internet terbaik.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan asumsi jika kami dapat mengumpulkan talenta terbaik dari ketiga perusahaan itu, maka model bisnis 'triathlon' ini kemungkinan besar akan terbentuk," ujar Lei Jun.
Untuk mancapai impiannya, orang pertama yang ia temui adalah Lin Bin, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Institut Teknik Google China.
Lin Bin kala itu berniat untuk meninggalkan posisi tersebut dan ingin membangun startup streaming musik online.
Lei Jun lalu mengatakan kepada Lin Bin, "Lepaskan, bergabunglah dengan saya untuk melakukan sesuatu yang hebat."
Untuk meyakinkannya, Lei Jun menggambar bagan khusus (model bisnis triathlon). Tak butuh waktu lama, Lin Bin pun setuju, dan dia kemudian menjadi karyawan nomor dua Xiaomi.
Langkah berikutnya, Lei Jun mencoba untuk merekrut sepuluh engineer Google lagi, namun tidak ada yang membuahkan hasil.
"Saya sangat frustasi hingga akhirnya menemukan kandidat yang ke-11. Dia adalah Hong Feng, seorang engineer yang sangat menonjol di Google," ungkap bos Xiaomi tersebut.
Dimulai dengan Mimpi Sederhana
Ia mengungkap, pada tahun pertama membangun perusahaan, 80 persen waktunya dihabiskan untuk berburu talenta.
"Saya selalu mendengar keluhan tentang sulitnya menemukan talenta yang tepat. Memang tidak mudah, tetapi kegagalan karena tidak memiliki cukup bakat yang sesuai hanya dapat dikaitkan dengan kurangnya waktu yang diambil," ucap Lei Jun.
Perjalanan Xiaomi dimulai dari mimpi sederhana untuk membuat smartphone terbaik di dunia dengan harga yang terjangkau oleh konsumen.
Memulai kiprah dengan meluncurkan varian dari sistem operasi Android yang dinamakan MIUI pada 16 Agustus 2010. Smartphone pertamanya yakni Mi 1 baru diperkenalkan pada tanggal 16 Agustus 2011.
Xiaomi mengawali rencana untuk membangun industri ekosistem pada tahun 2014. Enam tahun berlalu, Xiaomi kini sudah menjadi inkubator bagi 100 perusahaan ekosistem dan memasarkan lebih dari 1.000 produk yang diminati konsumen.
Advertisement
Naik Turun Perusahaan
Sebagai perusahaan muda yang tumbuh, Xiaomi mencatatkan pendapatan sebesar 20 miliar renminbi (setara dengan Rp 42,4 triliun) dan pada tahun finansial 2018 mencatatkan pendapatan mencapai 174,9 miliar renminbi (setara dengan Rp 371,2 triliun) atau naik 800 persen dalam kurun waktu lima tahun.
Dalam pidatonya, Lei Jun juga berbagi mengenai masa sulit yang dihadapi oleh Xiaomi, seperti anjloknya volume penjualan, menghadapi persepsi bahwa produk murah itu berarti kualitasnya rendah, hingga isu penjualan di pasar global.
Masalah-masalah tersebut menjadi pelajaran sekaligus kesempatan baru untuk masa mendatang.
Beberapa pencapaian Xiaomi yang dibagikan Lei Jun dalam pidato tersebut seperti penawaran umum perdana (IPO) pada tanggal 25 April 2018, peresmian Kampus Xiaomi pada Juli 2019, dan masuk ke daftar Fortune Global 500 untuk kedua kalinya.
Menyinggung Karyawan Pabrik Asal Batam
Karyawan pabrik ponsel PT Sat Nusapersada Tbk bernama Ellyana bahkan disebut Lei Jun dalam pidatonya. Ibu yang mengasuh tiga anaknya sendiri itu bekerja di fasilitas produksi lokal Xiaomi dan mencari nafkah demi menghidupi keluarganya.
"90 persen pekerja dari lini perakitan di Indonesia adalah perempuan," ungkap Lei Jun.
Setelah Xiaomi mendirikan jalur produksi lokal tiga tahun lalu, wanita kelahiran Batam itu menemukan pekerjaan yang mengubah hidupnya.
Gajinya membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Dia juga memiliki banyak teman di tempat kerja dan melihat dunia yang lebih besar.
"Bisnis kami telah membantu mereka meningkatkan kualitas hidup, mempelajari keterampilan, mendapatkan pelatihan di tempat kerja, memperluas pandangan dan ruang lingkup, serta memberikan harapan," Lei Jun memungkaskan.
(Isk/Why)
Advertisement