Para Bupati Ketuk Mendikbud Hadirkan Terobosan Atasi Masalah Pendidikan di Daerah

Para Bupati mengetuk Mendikbud Nadiem Makarim untuk segera mencarikan solusi konkret untuk mengurangi dampak negatif bagi anak-anak didik selama Pandemi Covid19.

oleh Muhammad Ali diperbarui 12 Agu 2020, 19:42 WIB
Sekjen Apkasi Najmul Akhyar saat memberikan sambutan dalam kegiatan Webinar Apkasi di Kantor Apkasi Jakarta, Rabu (12/08/2020). (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Para Bupati di seluruh Indonesia mendesak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim untuk segera mencarikan solusi konkret untuk mengurangi dampak negatif bagi anak-anak didik selama Pandemi Covid19.

Poin ini disampaikan Sekretaris Jenderal Apkasi, Najmul Akhyar dalam Webinar Apkasi bekerja sama dengan Gredu Asia dengan mengangkat tema “Digitalisasi Sekolah dalam Mendukung Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid19” di Jakarta, Rabu (12/08/2020).

"Terus terang kami para bupati ini merasakan resah yang mendalam, melihat anak-anak kita yang sudah lebih dari setengah tahun ini mereka tidak lagi belajar di bangku sekolah, ini tentu hal yang luar biasa. Kami mengetuk kepada pak Menteri agar anak-anak kita yang tidak bisa sekolah akibat pandemi Covid19 ini bisa segera dicarikan solusi yang riil,” imbuh Najmul dalam keterangannya, Rabu (12/8/2020).

Bupati Lombok Utara ini melihat, dengan sistem belajar di rumah yang saat ini berlangsung, jelas membutuhkan effort yang tidak sedikit. Ia mengatakan bahwa di daerahnya, para guru ada yang langsung mendatangi rumah masing-masing murid. Namun ini membutuhkan energi besar dan tidak seefektif pembelajaan tatap muka di kelas.

"Sehingga diskusi kita tentang digitalisasi sekolah melalui sistem belajar jarak jauh di tengah masa pandemi ini bisa menjadi solusi untuk mengisi kekosongan waktu anak-anak kita supaya mereka produktif juga dalam proses belajar mengajar," kata dia.

Namun ada hal yang perlu digarisbawahi, menurutnya mendidik anak-anak tidak hanya sekadar bicara mengenai bagaimana mengisi kapasitas otak mereka, atau bersifat akademis semata, tetapi juga harus mengacu pada substansi tertinggi dari pendidikan nasional, yaitu pendidikan moral dan pembangunan karakter anak-anak bangsa.

“Kalau kita menganggap bahwa belajar itu hanya mentransfer ke otak mereka saja dan dengan kondisi berlama-lama menempatkan anak-anak kita tidak di kelas lagi, kami jelas khawatir pendidikan kita ini akan kehilangan makna. Akan kering dari nilai-nilai karakter kebangsaaan kita, sehingga kami berharap jika pandemi ini cepat berlalu, maka anak-anak kita ini segera kembali menemukan dirinya, belajar di kelas seperti masa-masa sebeum adanya pandemi Covid19,” tuturnya.

Hal lain terkait penerapan belajar jarak jauh ini, lanjut Najmul, menjadi sangat penting mengisi kekosongan waktu anak-anak didik dan mendorong mereka tetap produktif. Najmul mengatakan, ini artinya pendidikan dengan belajar jarak jauh juga harus bisa menciptakan suasana tetap merasa menjadi siswa dan dalam suasa belajar.

Najlmul juga menyoroti dua metode pembelajaran yang bisa didiskusikan, yang pertama proses belajar jarak jauh secara daring dengan menggunakan teknologi. Tetapi tetap diingat bahwa sebagian besar wilayah Indonesia adalah desa, sehingga jangan membayangkan seperti di Jakarta, Surabaya, Makassar dan kota-kota besar lainnya.

"Tetapi ada mereka-mereka ini yang di kampung-kampung, di dusun-dusun yang barangkali mereka ini tidak memiliki akses dan fasilitas laptop atau bahkan gadget smatphone. Inilah yang harus menjadi catatan Pak Menteri bagaimana anak-anak ini bisa mendapatkan keadilan yang sama jika ingin program belajar jarak jauh ini bisa berjalan sukses,” katanya lagi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Belajar Kontekstual

Yang kedua, imbuh Sekjen Apkasi, alternatif yang bisa disodorkan para pendidik adalah mengupayakan belajar secara kontekstual. Ia pun menjelaskan, seperti mata pelajaran IPA atau biologi. Anak-anak didik bisa diarahkan memanfaatkan yang ada di sekitar mereka seperti tumbuh-tumbuhan, binatang atau belajar tentang tanah dan mereka bisa belajar apa saja tanpa mereka harus hadir di kelas, dan lingkungan sekitar mereka bisa menjadi media belajar.

"Ini tentu butuh kreativitas para guru-guru kita untuk bisa menciptakan belajar konstekstual kepada anak-anak kita,” ujar dia.

Najmul yang juga tinggal di desa, mengkhawatirkan dengan kondisi sekarang ini akan ada karakter yang hilang dan anak-anak makin jauh dengan suasana belajar.

“Saya titip pesan jika proses belajar jarak jauh pada akhirnya menjadi media prioritas dalam proses belajar, bahwa proses pendidikan kepada anak-anak kita itu tidak hanya urusan transfer pengetahuan, tapi kita juga mentransfer akhlak dan juga mentransfer karakter bangsa kepada anak-anak kita. Sehingga harus kita pastikan bahwa anak-anak yang belajar by technology seperti sekarang ini, belajar secara virtual atau dengan metode daring lainnya, pesan-pesan moral untuk anak-anak ini agar mereka tetap memiliki karakter kebangsaan, haruslah tetap kita pertahankan,” tukasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya