Liputan6.com, Jakarta Sudah ada beberapa bukti yang menunjukkan perokok memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena COVID-19.
"Dalam studi-studi yang ada, terlihat seorang perokok terjadi infeksi COVID-19 dua sampai lima kali lebih tinggi," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto.
Advertisement
Paling tidak ada empat faktor yang membuat perokok lebih berisiko terinfeksi virs SARS-CoV-2 dibandingkan yang tidak merokok. Pertama, pada seorang perokok terdapat reseptor angiotensin-coverting-2 (ACE2).
"Reseptor ini tempat duduknya virus SARS-CoV-2 di saluran napas atau bagian tubuh lain yang terinfeksi COVID-19," kata Agus dalam diskusi dilihat dari laman BNPB Indonesia.
Lalu, alasan kedua adalah asap rokok menurunkan sistem imunitas atau kekebalan tubuh terutama pada saluran napas.
"Padahal imunitas ini punya perang penting menghambat infeksi virus, bakteri," terang dokter spesialis paru konsultan yang berpraktik di RS Persahabatan Jakarta ini.
Agus menjelaskan bahwa di dalam asap rokok ada bahan-bahan yang mengganggu proses migrasi sel-sel tubuh yang melawan infeksi."Sel-sel tersebut juga fungsinya menurun. Akibatnya, ketika terjadi infeksi, terjadi lebih luas dan lebih berat, termasuk ada COVID-19."
Perokok dan Penyakit Komorbid seperti Jantung
Alasan ketiga, perokok cenderung memiliki penyakit komorbid. Penyakit seperti jantung, diabetes, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit komorbid yang banyak diderita perokok.
"Hampir penyakit komorbid itu ditemukan pada perokok," katanya.
Alasan yang keempat, perokok berulang kali mengisap batang rokok ke mulutunya, sehingga transmisi dari tangan yang belum tentu bersih besar sekali.
"Transmisi meningkat, terhirup lewat tangan (yang terinfeksi)," katanya.
Advertisement