Liputan6.com, Jakarta Bahasa isyarat adalah bahasa yang posisinya sama dengan bahasa lainnya. Menurut Laura Lesmana Wijaya Ketua Pusat Bahasa Isyarat Indonesia, dalam proses pemahaman bahasa isyarat diperlukan waktu belajar yang terus menerus.
“Di dalam proses pemahamannya itu butuh waktu yang terus menerus, gak berarti dalam sehari dua hari kita menjadi mahir berbahasa isyarat,” ujar Laura melalui juru bahasa isyarat dalam konferensi pers BNPB (8/8/2020).
Advertisement
Ia menambahkan, ada sebagian orang yang memiliki kemampuan belajar dengan cepat dan banyak juga yang tidak. Namun, hal yang dapat membantu mengasah kemampuan berbahasa isyarat adalah dengan belajar terus menerus bersama guru tuli.
“Strateginya, misal untuk orangtua yang mendengar belajar bahasa isyarat, bertemu dengan guru tuli terus menerus secara rutin itu akan meningkatkan kapasitas atau kemahiran mereka dalam berbahasa isyarat.”
Simak Video Berikut Ini:
Disertai Praktik
Laura yang juga menyandang tuli menyarankan untuk orangtua atau siapa pun yang ingin belajar bahasa isyarat untuk mengambil kelas bahasa isyarat.
Selain mengambil kelas bahasa isyarat, untuk meningkatkan kemahiran dalam penggunaannya maka diperlukan komunikasi atau pertemuan langsung dengan teman tuli. Hal-hal yang dipelajari di kelas dapat diterapkan atau dipraktikan dalam sesi berinteraksi langsung dengan teman tuli.
“Praktik langsung misalnya abjad A sampai Z dan menggunakannya di rumah dengan anak yang menyandang tuli sambil mengajarkan menulis, ini termasuk literasi juga.”
Selain belajar abjad, orangtua yang sudah belajar bahasa isyarat bisa menerapkan pembelajaran angka satuan dari satu sampai sepuluh. Orangtua menggunakan bahasa isyarat kemudian memberitahu cara penulisan angka-angka tersebut kepada anak.
“Dimulai dengan hal-hal yang mendasar, itupun akhirnya akan membantu membuka komunikasi antara orangtua dan anak-anak. Lakukan setiap hari dan mungkin dalam 3 bulan itu dapat meningkatkan kemahiran,” katanya.
Advertisement