Wanita di Hubei China Kembali Positif Corona COVID-19 Setelah Berbulan-bulan Sembuh

Seorang wanita di Provinsi Hubei, China tengah, kembali dinyatakan positif Virus Corona COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Agu 2020, 13:27 WIB
Petugas medis dari Provinsi Jiangsu bekerja di sebuah bangsal ICU Rumah Sakit Pertama Kota Wuhan di Wuhan, Provinsi Hubei, 22 Februari 2020. Para tenaga medis dari seluruh China telah mengerahkan upaya terbaik mereka untuk mengobati para pasien COVID-19 di rumah sakit tersebut. (Xinhua/Xiao Yijiu)

Liputan6.com, Hubei - Seorang wanita di Provinsi Hubei, China tengah, kembali dinyatakan positif Virus Corona COVID-19. Padahal itu telah berbulan-bulan sembuh dari penyakit tersebut.

Menurut otoritas kantor pusat pengendalian dan pencegahan epidemi COVID-19 Jingzhou, pensiunan berusia 68 tahun itu kini mendapat perawatan setelah jatuh sakit pada 9 Agustus, dan hasil tes asam nukleat menunjukkan dirinya positif COVID-19.

Sebelumnya pasien tersebut pernah dikonfirmasi terjangkit COVID-19 pada 8 Februari, namun telah dinyatakan pulih selama berbulan-bulan, kata kantor pusat tersebut, menambahkan bahwa ini bukan kasus baru, seperti dilansir Xinhua, Kamis (13/8/2020).

Wanita itu kembali dirawat di ruang isolasi, dan semua orang yang pernah melakukan kontak dekat dengannya sudah dites dan hasilnya negatif COVID-19. Area rumah dan tempat-tempat yang pernah dikunjunginya juga telah didisinfeksi secara menyeluruh. 

Tidak ada bukti risiko penularan dari kasus yang kembali positif COVID-19 ini.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Vaksin COVID-19 Pertama Diklaim Rusia

Vaksin pencegah infeksi Virus Corona yang dikembangkan Pusat Penelitian Federal Gamaleya di Moskow, Rusia. (Xinhua/RDIF)

Virus corona yang muncul pertama kali pada akhir tahun lalu di pasar hewan liar di Wuhan, China tengah, itu hingga kini belum ada penangkal atau vaksinnya.

Namun Presiden Rusia Vladimir Putin pada Selasa 11 Agustus menyatakan bahwa Rusia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan pemerintah terhadap vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi dalam negeri dan siap digunakan untuk mengatasi pandemi.

Atas pernyataan Putin itu, Menteri Kesehatan Amerika Serikat Alex Azar mengatakan bahwa poin penting bukan siapa yang paling cepat menghasilkan vaksin corona tapi yang penting adalah keampuhan vaksin serta keamanannya bagi orang yang divaksin.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn juga menyatakan pesimismenya atas vaksin yang diproduksi Rusia karena tak mengikuti tahap-tahap uji klinis pada manusia secara lengkap.

Infografis Sputnik V, Vaksin Covid-19 Pertama Dunia? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya