Bekas Sekolah Berkuda Jadi Lab Kokain Terbesar di Belanda, 17 Tersangka Ditangkap

Sebuah laboratorium kokain yang menurut polisi merupakan laboratorium yang terbesar di Nijeveen, Belanda telah ditemukan di bekas sekolah berkuda.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Agu 2020, 14:03 WIB
Laboratorium Kokain di Belanda (CENTRAL UNIT, NETHERLANDS POLICE)

Liputan6.com, Nijeveen - Sebuah laboratorium kokain yang menurut polisi merupakan yang terbesar di Nijeveen, Belanda telah ditemukan di bekas sekolah berkuda.

Polisi Belanda menggerebek fasilitas di pedesaan utara negara itu pada Jumat 7 Agustus 2020, dan menangkap setidaknya 17 tersangka.

"Ini adalah laboratorium kokain terbesar yang pernah ditemukan di Belanda," kata kepala polisi Andre van Rijn.

Diketahui labortatorium itu bisa menghasilkan sebanyak 150-200 kg (330-440lbs) kokain dalam sehari.

Melansir BBC, Kamis (13/8/2020), jumlah ini memiliki nilai jual mulai dari € 4,5 juta ($ 5,3 juta) atau sekitar Rp 86,5 juta hingga € 6 juta atau sekitar Rp 115 miliar, jelas Andre van Rijn.

Van Rijn pun menambahkan dalam pernyataan yang dirilis pada hari Selasa ini bahwa perkiraan nilai jual kokain tersebut didasarkan pada jumlah orang yang bekerja di sana, bangunan, ukuran, tata letak, dan peralatan. Mengingat tempat tersebut dulunya juga merupakan sebuah kandang kuda di Nijeveen yang kemudian dirombak.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Ditemukan 100 kg Bahan Dasar Kokain

Laboratorium Kokain di Belanda (CENTRAL UNIT, NETHERLANDS POLICE)

Selain peralatan dan puluhan ribu liter bahan kimia, petugas mengatakan mereka menemukan 100 kg bahan dasar kokain di tempat tersebut.

Mereka juga menemukan 120 ton yang mereka sebut sebagai sebagai "bahan pembawa" di pusat kota Apeldoorn. Ini dideskripsikan sebagai sandang yang bisa dicampur dengan kokain. Obat tersebut kemudian dikeluarkan melalui proses kimia saat di tempat tujuan.

Petugas menangkap 16 tersangka di bekas kandang kuda di Nijeveen yang salah satunya merupakan pemilik laboratorium tersebut. Tersangka ke-17 ditangkap di Apeldoorn.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya