Kamala Harris Jadi Cawapres AS Bawa Masalah Baru Buat Donald Trump, Kenapa?

Munculnya nama Kamala Harris sebagai rival Donald Trump menimbulkan masalah baru baginya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Agu 2020, 16:05 WIB
Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Partai Demokrat, Joe Biden dan Kamala Harris melepaskan masker saat berbicara di atas podium di Alexis Dupont High School di Wilmington, Rabu (12/8/2020). Keduanya tampil perdana di depan publik sebagai pasangan capres-cawapres. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Liputan6.com, Washington D.C - Terpilihnya Senator Kamala Harris sebagai calon wakil presiden Amerika Serikat berpasangan dengan Joe Biden, mejadi target serangan baru Presiden Donald Trump, yang telah berjuang untuk menemukan perlawanan efektif terhadap saingan Demokratnya.

Dalam beberapa menit setelah pengumuman pasangan Biden-Harris, Trump menyebut Harris "jahat", "mengerikan" dan "tidak sopan", sementara kampanyenya menggambarkannya sebagai seorang ekstremis yang akan menarik Biden ke kiri, seperti mengutip laman Channel News Asia, Kamis (13/8/2020). 

Tetapi ada sedikit bukti saat ini yang menunjukkan bahwa Harris lebih disukai pemilih dari Partai Republik daripada Joe Biden. Hal itu terungkap dalam jajak pendapat Reuters atau Ipsos yang dilakukan pada 10 Agustus hingga 11 Agustus, tepat sebelum dia diumumkan sebagai pilihan Biden. 

Jajak pendapat itu menunjukkan, 21 persen pemilih Republik yang terdaftar memiliki kesan yang baik terhadap Harris, dibandingkan dengan 13 persen yang memiliki pandangan yang sama tentang Biden.

Satu hal yang lebih mengkhawatirkan bagi Trump adalah serangan yang dapat tampak seksis atau rasis terhadap wanita kulit hitam pertama dapat mempersulit upaya kampanyenya untuk menopang posisinya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Tantangan Baru Bagi Trump

Calon Presiden Partai Demokrat, Joe Biden memperkenalkan pasangannya, Kamala Harris untuk berbicara selama acara kampanye di Alexis Dupont High School di Wilmington, Rabu (12/8/2020). Keduanya tampil perdana di depan publik sebagai pasangan capres-cawapres. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Anggota wanita terkemuka di Partai Demokrat telah memperingatkan agar tidak mengulang pertandingan Trump pada 2016 dengan calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, yang menjadi sasaran kritik berbasis gender sebagai kandidat presiden wanita pertama. 

Trump juga menyebut Clinton "jahat" dan menuduhnya memainkan "kartu wanita".

"Jika dia ingin menggunakan kiasan misoginis melawan Kamala Harris, menurut saya itu sangat menantang baginya," kata Neera Tanden, seorang pembantu utama Clinton selama mencalonkan diri sebagai presiden.

Menurut jajak pendapat Reuters atau Ipsos terbaru, Biden memiliki keunggulan 10 poin persentase di antara wanita dan unggul enam poin di antara mereka yang tinggal di pinggiran kota. Secara keseluruhan, Biden memimpin Trump dengan 11 poin, kurang dari tiga bulan sebelum pemungutan suara pada 3 November.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya