Meski Ada Kasus Positif COVID-19, 182 Kabupaten/Kota Tidak Catat Kematian

Pakar Satgas COVID-19 sampaikan 182 kabupaten/kota tidak tercatat kematian, meski ada temuan positif COVID-19 di daerahnya.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Agu 2020, 17:00 WIB
Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah meminta kasus Secapa TNI AD Bandung, Jawa Barat dapat dijadikan pembelajaran saat dialog di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (15/7/2020). (Dok Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional)

Liputan6.com, Jakarta - Walaupun ada temuan konfirmasi positif COVID-19, 182 kabupaten/kota di Indonesia tidak tercatat angka kematian. Angka tersebut dhimpun Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 9 Agustus 2020.

"Ada 182 kabupaten/kota yang tidak ada angka kasus meninggal, meskipun di sana ada kasus positif COVID-19. Artinya, pasien-pasien di sana sudah sembuh semua, sehingga tidak ada yang meninggal," papar Tim Pakar Satgas Nasional Dewi Nur Aisyah dalam dialog di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Rabu (12/8/2020).

"Dalam hal ini, pelayanan kesehatan yang diperoleh dari pasien juga baik. Individu yang bersangkutan juga sudah mengerti harus mengejar (pergi ke fasilitas kesehatan) ke mana jika dia merasakan gejala-gejala COVID-19."

Lebih lanjut, Dewi mengatakan, ada 302 kabupaten/kota dengan angka kematian COVID-19 di bawah rata-rata dunia.

"Angka kematian rata-rata dunia 3, 66 persen. Adanya 302 kabupaten/kota dengan angka kematian di bawah rata-rata dunia adalah hal yang bagus ya," lanjutnya.

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Upaya Menekan Kasus Aktif dan Kematian

Petugas pemakaman mengenakan hazmat saat akan memakamkan jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Selasa (14/7/2020). Hingga hari ini, lima provinsi mencatat tambahan kasus baru tertinggi yakni Jatim, DKI Jakarta, Sulsel, Kalsel, dan Sumut. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dewi menambahkan upaya yang harus dilakukan untuk menekan kasus aktif dan kematian COVID-19, serta meningkatkan angka kesembuhan.

"Di beberapa daerah ada yang 1,7 sekian persen kasus aktif COVID-19, tapi menyumbang banyak sekali kasus kematian. Tentunya, kita harus memutus mata rantai penularan. Jangan sampai ada orang yang bertambah kasus baru COVID-19," tambahnya.

"Kita harus kembali melakukan protokol kesehatan dengan benar. Untuk menekan angka kematian, pemerintah perlu meningkatkan pelayanan kesehatan, memastikan sumber daya manusia (SDM) yang cukup, tempat tidur cukup, ruang yang cukup."

Selanjutnya, Dewi mengingatkan, masyarakat juga bisa menjaga daya tahan tubuh dan segera pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan bila ada gejala COVID-19.

"Menjaga daya tahan tubuh supaya tidak tertular COVID-19. Kalau tiba-tiba merasakan gejala, sudah mengerti harus pergi ke mana," imbaunya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya