Orang Kaya Lebih Suka Simpan Uang Dibanding Belanja saat Pandemi

Peningkatan simpanan juga terlihat dari kenaikan harga emas dalam beberapa waktu terakhir.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Agu 2020, 16:31 WIB
Pengunjung dengan mengenakan masker berkeliling Mall Senayan City, Jakarta, Senin (15/6/2020). Pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta kembali dibuka pada Senin (15/6) di masa PSBB transisi dengan jumlah pengunjung masih dibatasi hanya 50 persen dari kapasitas normal. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, masyarakat berpenghasilan menengah ke atas lebih suka menyimpan uang dari pada belanja selama pandemi Virus Corona. Padahal belanja diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Masyarajat menengah ke atas masih pelit belanja, dia hanya belanja seperlunya baik karena takut keluar dari rumah atau hal lain. Bahan pokok dibelanjakan cukup. Menengah ke atas cukup membatasi mereka juga menjaga cadangan keuangannya," ujarnya, Kamis (13/8).

Enggar mengatakan, kecenderungan menyimpan dana tersebut terlihat dari peningkatan simpanan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperbankan. Beberapa bank mencatat terjadi pertumbuhan positif pada DPK selama pandemi Virus Corona.

"Ini tercermin peningkatan dana pihak ketiga yang tumbuh secara positif di perbankan karena mereka berpikir lebih baik menyimpan dana yang dimiliki ke sana," paparnya.

Selain itu, peningkatan simpanan juga terlihat dari kenaikan harga emas dalam beberapa waktu terakhir. Pemilik dana cenderung menyimpan emas untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Emas juga dianggap sebagai simpanan yang tahan banting dalam segala kondisi.

"Bagaimana peningkatan harga emas. Emas ini adalah investasi cadangan likuid dan terjamin. Harusnya property lebih bagus tapi ternyata lebih memegang emas. Kemudian didorong lagi dengan hal-hal spekulatif, begitu emas meningkat harganya berspekulasi makanya penjualan online emas meningkat tajam," kata Enggar.

Untuk itu, dia berharap, pemerintah membuat suatu kajian dan kebijakan bagaimana agar masyarakat mau membelanjakan uangnya dan tidak hanya menyimpannya. Dengan demikian akan terjadi perputaran uang di masyarakat.

"Ini PR bagaimana mendorong masyarakat mengeluarkan uang," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Simpanan Deposito di Atas Rp 200 Juta Melonjak Selama Pandemi Corona

Tumpukan mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, simpanan deposito di atas Rp200 juta meningkat selama pandemi Virus Corona. Hal tersebut menandakan masyarakat menahan diri belanja dalam beberapa bulan terakhir.

"Mereka yang mempunyai deposito di atas Rp200 juta sebagian meningkatkan depositonya, tetapi tidak membelanjakannya," ujar Menko Airlangga dalam pembukaan Rakornas Apindo, Jakarta, Rabu (12/8).

Menko Airlangga melanjutkan, pemerintah sedang menyiapkan sejumlah stimulan agar pemilik dana mau membelanjakan uangnya. Dengan demikian, roda perekonomian diharapkan bisa bergerak kembali.

"Ini pemerintah sedang mendorong stimulan agar masyarakat mulai membelanjakan uangnya," katanya.

Mantan Menteri Perindustrian tersebut, meminta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) turut serta memberikan kontribusi gagasan untuk mendorong belanja masyarakat. Terutama untuk sektor perhotelan dan restoran.

"Proyeksi 2021 berbagai institusi memprediksi Indonesia berada dalam jalur hijau. Ini memerlukan dukungan dari Apindo karena dari data yang ada masalah salah satunya adalah dari segi demand side," paparnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya