Liputan6.com, Jakarta - Kondisi pandemi Covid-19 memaksa orang untuk tinggal di rumah selama beberapa bulan terakhir. Pembelian produk pun lebih banyak dilakukan secara online dan konsumsi masyarakat pun berubah.
Melihat hal tersebut, dunia pemasaran juga perlu berubah ke kondisi normal baru agar produk yang ingin disampaikan bisa lebih cocok bagi konsumen.
Baca Juga
Advertisement
Pemasar dan pengiklan pun ditantang untuk memutuskan pendekatan terbaik pada konsumen. Padahal, masih cukup banyak tantangan mendesak seperti data terdesentralisasi, ekosistem terfragmentasi, pengalaman pelanggan yang terputus, hingga masalah teknologi.
Untuk membantu brand lebih relevan di pasar, Accenture dan Google Cloud bekerja sama menyediakan Customer Data Architecture (CDA) yang memungkinkan personalisasi dan pemasaran berpusat pada audiens secara real-time di seluruh saluran. Semuanya dilakukan dengan memanfaatkan data pelanggan dan perusahaan yang terintegrasi.
Dalam hal ini, solusi pemasaran dilakukan dengan menggabungkan data Google Marketing Platform dengan sumber data perusahaan lainnya untuk menemukan wawasan lebih dalam dan meningkatkan keterlibatan pelanggan.
Accenture mengklaim, melalui CDA, bisnis bisa mendapatkan pandangan 360 derajat dari pelanggan dan memutuskan saluran komunikasi terbaik melalui transformasi data dan analitik tingkat lanjut.
Inovasi
Markets Lead Accenture Indonesia Bhavana Vatvani menyebut, solusi Customer Data Architecture merupakan bukti komitmen dan kolaborasi kuat antaraAccenture dan Google.
"Accenture Google Cloud Business Group (AGBG) menggabungkan yang terbaik dari desain dan inovasi yang berpusat pada manusia, untuk membantu klien kami di Indonesia," kata Bhavana dalam konferensi pers online yang diselenggarakan Kamis (13/8/2020).
Direktur Pemasaran Digital Accenture Indonesia Nathan Raward mengatakan, CDA memberikan penawaran yang dapat diselaraskan dalam tiga area utama.
Pertama, memungkinkan interaksi pelanggan mutisaluran, meningkatkan manajemen data, dan membuat layanan untuk interaksi personalisasi dalam pemasaran, penjualan, dan layanan.
Advertisement
Paksa Pemasar Pikirkan Strategi Baru
Lebih lanjut, Nathan mengatakan, kondisi pandemi Covid-19 telah memaksa para pemasar untuk memikirkan kembali strategi engagement dengan konsumen, seiring dengan adopsi digital yang meningkat.
"Dengan budget pemasaran yang dipotong, aktivitas online meningkat, mengharuskan pemasaran berpindah ke digital. Apalagi, perilaku konsumen juga berubah sebagai bagian dari upaya mereka tetap bertahan di kondisi pandemi," kata Nathan.
Namun di saat seperti ini, para pemasar pun tetap harus tetap memasarkan produknya. Berdasarkan riset Accenture, 17 persen CMO mengubah perilaku pemasarannya, menyesuaikan dengan kondisi normal baru. Hasilnya, mereka bisa memberikan pengalaman pelanggan yang sangat relevan.
Rupanya, para CMO ini tidak menghabiskan budget iklan yang signifikan ketimbang orang lain, melainkan melakukan inovasi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, antara lain dengan data. Data di sini diolah sedemikian rupa agar bisa sesuai dan personal antara satu konsumen dengan konsumen lainnya.
(Tin/Why)