Liputan6.com, Damaskus - Presiden Suriah Bashar Assad menjeda pidato yang dia berikan kepada parlemen pada Rabu, 12 Agustus 2020. Ia mengatakan di ruangan yang penuh dengan anggota parlemen bahwa dia perlu "duduk sebentar" setelah mengalami penurunan tekanan darah.
Dikutip dari laman AP, Jumat (14/8/2020), Assad (54) setengah jam menjalani pidatonya ketika dia mulai tampak lelah dan menghentikan pidatonya dua kali untuk menyesap air dari gelas di depannya.
Baca Juga
Advertisement
Dia berbicara tentang sanksi AS terhadap Suriah dan krisis ekonomi di negara yang dilanda perang itu ketika dia mengatakan kepada pendengarnya: "Tekanan darah saya turun dan saya perlu minum air."
Tak lama kemudian, dia berkata: "Saya perlu duduk sebentar jika Anda tidak keberatan," sebelum keluar dari ruangan.
"Saya belum makan sejak kemarin sore. Saya tidak makan gula atau garam dan ini terjadi," tambahnya.
Assad berbicara dari podium kepada anggota parlemen yang mengenakan masker dan tetap menjaga jarak sosial, duduk terpisah setidaknya 2 meter (6 kaki) di aula besar.
Suriah telah mengalami peningkatan jumlah infeksi virus corona baru-baru ini, meskipun jumlah yang dilaporkan secara keseluruhan tetap rendah dengan 1.327 kasus yang dikonfirmasi dan 53 kematian.
Fasilitas pengujian yang terbatas dan kendali pemerintah Suriah atas statistik pandemi telah menimbulkan kekhawatiran bahwa jumlah kasus sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan.
Simak video pilihan berikut:
Pidato Pertama Pasca-Pemilu
Sebelumnya, kantor kepresidenan mengatakan pidato itu dihentikan selama "beberapa menit" karena kasus tekanan darah rendah "ringan" yang diderita presiden, setelah itu ia melanjutkan pidatonya seperti biasa.
Halaman Facebook kepresidenan memposting bahwa pidato itu akan disiarkan Rabu malam. Assad memberikan pidato pada hari Rabu kemarin pada kesempatan sesi parlemen pertama setelah pemilihan diadakan bulan lalu.
Pemungutan suara itu adalah yang ketiga dilakukan di Suriah sejak konflik negara itu dimulai pada 2011.
Pemilu juga bertepatan dengan krisis ekonomi terburuk di Suriah dan jatuhnya mata uang, yang telah menyeret lebih banyak penduduk negara itu ke dalam kemiskinan.
Advertisement