Harga Emas Dunia Kembali Melompat Didorong Pelemahan Dolar

Sementara harga emas berjangka AS naik 0,2 persen menjadi USD 1.952,10.

oleh Nurmayanti diperbarui 14 Agu 2020, 07:30 WIB
Harga emas.

Liputan6.com, Jakarta Harga emas melonjak lebih dari 1 persen, rebound dari level terendahnya dalam hampir tiga minggu di sesi terakhir. Pemicunya, dolar yang merosot dan pemulihan yang lambat di pasar tenaga kerja AS.

Melansir laman Yahoofinance, Jumat (14/8/2020), harga emas di pasar spot naik 1,5 persen menjadi USD 1.947,08 per ounce, setelah tergelincir di bawah USD 1.900 pada hari Rabu. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,2 persen menjadi USD 1.952,10.

Klaim pengangguran AS turun di bawah satu juta minggu lalu untuk pertama kalinya sejak pandemi pertama kali menyebar. Meskipun setidaknya 28 juta orang masih menerima cek pengangguran. Ini menunjukkan pasar tenaga kerja yang lemah.

"Dolar telah cukup lemah ... pemulihan yang kami alami (di pasar tenaga kerja) ini telah menjadi buah yang menggantung rendah. Ini kenaikan yang mudah," kata Edward Meir, Analis ED&F Man Capital Markets.

"Klaim awal masih berjalan pada tingkat yang sangat tinggi, dan jalan masih panjang," kata Meir.

Dolar melemah 0,4 persen terhadap mata uang lainnya, mendukung daya tarik emas bagi mereka yang memegang mata uang lain. Kondisi ini imbas Washington yang terus berada dalam kebuntuan terkait pemberian stimulus tambahan.

Menambah prospek suram, pembuat kebijakan Federal Reserve memperingatkan pertumbuhan AS akan diredam sampai virus corona diatasi. Investor saat ini menanti pertemuan antara Amerika Serikat dan China pada 15 Agustus.

"Faktor-faktor yang mendasari pasar tidak berubah secara signifikan. Fakta bahwa emas tidak bergerak lebih tinggi ketika ketegangan Tiongkok-AS meningkat selama akhir pekan mengisyaratkan bahwa sebagian besar penarik harga diperkirakan," kata analis StoneX, Rhona O'Connel dalam catatannya.

"Sentimen investor tetap kuat secara keseluruhan."

Sementara itu, harga perak naik 4,6 persen menjadi USD 26,73 per ounce, platinum naik 2,6 persen menjadi USD 955,50 dan paladium naik 1,9 persen menjadi USD 2.172,68.

Saksikan video di bawah ini:


Harga Emas Diprediksi Kembali Naik, Sentuh USD 3.400 per Troy Ounce

Ilustrasi Harga Emas

Harga emas disebutkan bisa kembali naik meskipun beberapa hari terakhir mengalami penurunan, menurut salah satu penerbit Exchange Traded Fund (ETF).

Mengutip laman CNBC International, Kamis (13/8/2020), logam mulia ini memang mengalami penurunan hingga 6 persen pada perdagangan Kamis (13/8/2020). Namun, Van Eck Associates CEO Jan van Eck menyatakan, harga emas bakal mencapai USD 3.400 per troy ounce.

Hal ini disebabkan deflasi yang terjadi beriringan dengan gelontoran stimulus pemerintah dan risiko sistemik telah menciptakan kondisi bullish (kecenderungan harga untuk naik terus menerus) untuk emas beberapa waktu belakang.

"Kami benar-benar bullish musim panas lalu ketika emas keluar dari posisi sideways (posisi dimana bullish dan bearish sama-sama kuat) selama 6 tahun, dan kemudian konfirmasi teknis lainnya terjadi ketika harga naik ke level tertinggi sebulan yang lalu," kata van Eck.

van Eck melanjutkan, harga emas ini bisa bersaing dengan tingkat suku bunga obligasi. Jika suku bunga obligasi tinggi, emas, yang tidak memberikan suku bunga, akan menjadi kurang menarik. Sekarang, saat suku bunga menuju nol, orang-orang beralih ke emas.

"Pasar bullish emas akan berakhir ketika tingkat suku bunga naik. Namun, The Fed belum ada pertimbangan menaikkan suku bunga, jadi kami pikir ini akan menjadi siklus yang panjang," tutur van Eck.

Tom Lydon, CEO of ETF Trends and ETF Database menambahkan, permintaan perhiasan di negara berkembang terus menguat sehingga mendukung naiknya harga emas ini.

"Ini bukan hanya bank sentral. Bukan hanya investor individu seperti kami. Permintaan perhiasan terus kuat di negara-negara pasar berkembang. Itu juga mendukung harga, dan pada akhirnya, semakin mahal," tuturnya.

Ben Carlson dari Ritholtz Wealth Management juga bilang, emas bisa menjadi lindung nilai terhadap dolar yang fluktuatif. Penelitian Carlson menunjukkan dalam 50 tahun terakhir, dolar naik secara tahunan kira-kira separuh waktu. Pada tahun-tahun ketika mata uang AS naik, pengembalian tahunan rata-rata emas adalah sekitar 1 persen kerugian. Di tahun-tahun ketika turun, pengembalian emas sekitar 18 persen.

"Anda memeriksa suku bunga riil dan inflasi dan semua hal ini, tapi emas sebenarnya adalah lindung nilai yang sangat bagus terhadap dolar AS yang jatuh. Jika dolar terus turun, itu mungkin bukan hal yang buruk untuk berinvestasi ke emas," kata Carlson.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya