Liputan6.com, Jakarta - Calon vaksin covid-19 sudah memasuki uji coba fase ketiga. Banyak relawan yang bersedia mendaftar menjadi 'kelinci percobaan' dalam uji coba calon vaksin tersebut.
Salah satu relawan yang masuk dalam barisan tersebut adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo. Hal itu disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito.
Advertisement
“Benar, Pak Doni akan ikut menjadi relawan uji klinis vaksin,” ujar Wiku, Kamis 13 Agustus 2020.
Vaksin ini ditargetkan terformulasikan awal 2021. Proses selanjutnya adalah uji klinis calon vaksin covid-19. Jika berhasil, segera diproduksi secara massal untuk mengatasi pandemi secara permanen. Namun bagaimana jika gagal.
Wiku menjelaskan, mengingat begitu besar risiko yang harus ditanggung bagi relawan yang bersedia menjadi 'kelinci percobaan' vaksin, persoalan ini pun sempat menjadi perdebatan. Perdebatan tajam khususnya etis dan tidak etis.
Menurutnya, memang pernah ada pada suatu masa, penguji-cobaan vaksin malaria dan kolera kepada manusia. Bedanya, saat itu sudah ditemukan obat untuk malaria dan kolera. Sedangkan yang corona, belum. Itu artinya, uji coba vaksin Covid-19 dilakukan di saat belum ada obat untuk virus itu.
"Itu artinya, Pak Doni Monardo dan relawan lain akan menjadi 'kelinci percobaan'," imbuh dia.
Sekadar informasi, The Jenner Insititute telah melakukan uji coba vaksin Covid-19 pada monyet, rhesus kera di Rocky Mountain Laboratory National Institutes of Health AS di Montana, Juli 2020. Hasil yang diperoleh, monyet tanpa vaksin virus corona jatuh sakit.
"Singkatnya, saat ini kita dihadapkan pada kondisi yang telah mengubah kehidupan manusia di seluruh dunia. Untuk itu, diperlukan sebuah tindakan yang luar biasa. Kondisi itu pula yang di luar negeri telah dijadikan dasar untuk menghapus persoalan etis dan tidak etis terhadap manusia sebagai 'kelinci percobaan' vaksin Covid-19," ucap dia.
Langkah Ketua Satgas Covid-19, Doni Monardo menjadi relawan uji coba vaksin corona, adalah salah satu bukti pemerintah total menangani Covid-19. Khususnya dalam bentuk vaksinasi. "Ini adalah bentuk komitmen bahwa pemerintah berupaya keras mendukung dan memberikan perlindungan maksimal kepada seluruh rakyat Indonesia melalui vaksinasi," sebut Wiku.
Doni Monardo bukan saja menunjukkan komitmen penuhnya terhadap penuntasan persoalan pandemi Covid-19. Jiwa patriotnya menyala melampaui batas etis di dunia pengujian vaksin.
Langkah Doni Monardo spontan diikuti dua orang terdekatnya, Egy Massadiah dan Kolonel Budi Irawan. Egy sehari-hari dikenal sebagai Staf Khusus Ka BNPB sekaligus Anggota Satgas Covid-19. Sementara Kolonel Budi lulusan Akmil 91 sehari-hari adalah Koorpsri Ka BNPB.
"Kami sudah mendaftar secara online pada hari Sabtu tanggal 8 Agustus 2020," ujar Egy Massadiah yang juga wartawan senior.
Tak pelak. Mereka adalah orang-orang yang akan terukir dalam sejarah. Mereka sudah menyerahkan apa yang sepatutnya memang harus dipersembahkan buat bangsanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ridwan Kamil Ikut
Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil atau Kang Emil sebelumnya mengatakan dirinya telah resmi mendaftarkan diri menjadi relawan untuk uji coba klinis tahap tiga vaksin Covid-19 dari Sinovac, China.
"Saya sudah mendaftar, didaftarkan oleh tim kesehatan saya secara online. Jadi kuitansi online-nya sudah ada, nanti saya posting juga bahwa mendaftarnya sudah. Bahwa iya mendaftrarnya sudah, bahwa diterimanya masih belum karena menunggu pengumuman dari sisi kesehatan dan lain-lain bahwa saya layak dan siap jadi relawan," kata Emil di Bandung, Senin (10/8/2020).
Pengujian klinis tahap tiga vaksin tersebut membutuhkan 1.600 orang relawan yang berdomisili di Kawasan Bandung Raya.
Emil berharap segala sesuatunya bisa berjalan lancar dan dengan dirinya mendaftarkan diri sebagai relawan guna memastikan pemimpin ikut terlibat dalam pengujian vaksin secara langsung sehingga rakyat pun tergerak untuk jadi relawan.
"Mudah-mudahan lancar, kalaupun iya, saya laksanakan sesuai prosedur tidak ada keistimewaan, kalaupun tidak ya saya permaklumkan mungkin ada faktor-faktor kesehatan yang diperhatikan," kata dia seperti dikutip Antara.
"Kalau pemimpinnya ikut rakyat juga yakin bahwa semuanya berproses secara ilmiah," lanjut dia seperti dikutip Antara.
Sehingga tidak ada istilah rakyat dikorbankan pemimpinnya saja enggak yakin masa rakyatnya harus ikutan.
"Semuanya juga ikutan, gubernurnya juga ikutan dalam proses ini," ujar dia.
Advertisement