Liputan6.com, Mentawai - Musim panen cengkih sudah tiba di Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat. Panen tentu menjadi momen yang ditunggu oleh masyarakat setempat, apalagi rempah ini memang tumbuh subur di daerah itu.
Namun pada musim panen 2020 ini, harum rempah cengkih tak 'sewangi' biasa, sebab harganya menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat petani di Mentawai, mereka tetap berbondong-bondong memanen hasil bumi itu untuk kemudian dijual ke pengepul.
Meski harganya turun, namun keuntungan yang didapat juga lumayan, apalagi bagi petani yang panen dalam jumlah banyak.
Baca Juga
Advertisement
Kini, harga cengkih yang bernama latin Syzygium Aromaticum dihargai Rp51 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram. Sementara pada 2019 harganya bisa mencapai Rp70 ribu per kilogram.
"Harga tersebut untuk cengkih yang sudah dijemur dan kering," kata pengepul cengkih di Mentawai, Barutu kepada Liputan6.com, Jumat (14/8/2020).
Menurut Barutu turunnya harga cengkih, dari informasi yang didapatnya disebabkan oleh naiknya harga rokok. Sementara daya beli masyarakat menurun dan produksi cengkeh di Indonesia cukup banyak.
"Cengkih dari Sumbar dikirim untuk memenuhi kebutuhan pabrik rokok di Pulau Jawa," ujarnya.
Untuk tahun ini, lanjut Barutu produksi di Mentawai lebih banyak dari biasanya. Jika pada 2019 pihaknya mengirim komoditas tersebut ke Jawa sekitar satu ton per minggu, maka sekarang bisa 4 hingga 5 ton.
Sementara data dari Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Sumbar, produksi cengkih di provinsi setempat sekitar 5.313 ton rata-rata per tahun.
Produksi terbanyak yakni di Kepulauan Mentawai 1.506 ton, Kabupaten Solok 1.054 ton, dan Tanah Datar 749 ton.
Selain untuk bahan baku rokok, cengkih juga dimanfaatkan di antaranya untuk membantu mengobati sakit gigi, mencegah peradangan, mengatasi mual dan muntah, meningkatkan sistem pencernaan dan menyehatkan jantung.