Liputan6.com, Jakarta - F5 Networks, dalam laporan bertajuk Curve of Convenience 2020: The Privacy-Convenience Paradox, mengungkap bahwa 43 persen pengguna aplikasi dan layanan di kawasan Asia Pasifik berharap perusahaan melindungi data mereka. Selain itu, 32 persen responden berpendapat bahwa perlindungan data merupakan tanggung jawab pemerintah.
Laporan itu juga menyebutkan 96 persen responden mementingkan faktor kenyamanan dan pengalaman pengguna yang mulus dan tanpa gangguan daripada keamanan.
Baca Juga
Advertisement
Pandemi Covid-19 ini, menurut pakar industri sekaligus Assistant Lecturer di School of Engineering and Technology, PSB Academy, Ankit Saurabh, mendorong perubahan perilaku digital pengguna. Di sisi lain, perusahaan dan pemerintah dituntut untuk memperkuat kerangka keamanan mereka dan memperketat regulasi serta kepatuhan terhadap kebijakan.
"Sebagian besar dari kita telah beradaptasi menuju Normal Baru yang melibatkan Working-from-Home hingga aplikasi online untuk perbankan, hiburan, belanja, dan layanan pesan-antar makanan telah menjadi cara utama kita mengakses barang dan jasa," tutur Ankit dalam sesi presentasi laporan F5 Networks, Kamis (13/8/2020).
Di tengah situasi krusial seperti ini, menurut Ankit, perusahaan mesti berupaya lebih keras dalam membenahi kekuatan keamanan mereka untuk melindungi data pelanggan dan internal perusahaan.
Perusahaan, supaya dapat terus berkompetisi di tengah situasi ini, sangat disarankan untuk secara konsisten menawarkan pengalaman digital unik, berperforma tinggi, dan aman.
Namun pada saat yang sama, perusahaan juga mesti berupaya untuk memenuhi persyaratan dan kewajiban keamanan yang kompleks sekaligus memastikan pengalaman pengguna yang nyaman, mulus, dan intuitif. Perusahaan, supaya dapat mewujudkan hal-hal tersebut, harus berkaca pada pelanggan.
Transformasi Digital
Laporan Curve of Convenience 2020 juga menunjukkan, 27 persen responden bahkan tidak menyadari kebocoran atau pembobolan data pada situs pemerintah atau aplikasi populer. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperlakukan pelanggan layaknya mitra dalam mencapai tujuan-tujuan tadi.
"Sangat penting bagi para perusahaan-perusahaan untuk membekali tenaga kerja mereka dengan skill yang diperlukan, selain melibatkan pelanggan dalam perjalanan keamanan-kenyamanan ini untuk menghentikan ancaman siber," ujar Ankit.
Melengkapi pernyataan Ankit, Adam Judd, Senior Vice President, Asia Pasifik, China, dan Jepang di F5 Networks menekankan bahwa perusahan harus meningkatkan upaya transformasi digital mereka.
"Konsumen menuntut lebih banyak dari aplikasi yang biasa mereka gunakan untuk bermain, bekerja, dan terhubung," kata Adam.
Advertisement
Libatkan Pengguna
Dia juga mengatakan keterlibatan pengguna secara proaktif dapat membantu proses integrasi antara kenyamanan dan keamanan.
"Bermitra dengan pengguna berarti industri akan semakin tumbuh, dan perusahaan, bersama mitra digital mereka, bisa menciptakan solusi lebih baik untuk pengalaman mulus dan aman," ujar Adam.
Terakhir, Adam juga menggarisbawahi perihal tanggung jawab keamanan digital, yang menurut sebagian responden, merupakan tanggung jawab perusahaan dan pemerintah. Maka dari itu, sangat penting bagi perusahaan untuk terus mengedukasi dan bermitra dengan pengguna mengenai konsekuensi pilihan untuk mengorbankan data atau privasi demi pengalaman lebih mulus.