Liputan6.com, Jakarta - Uni Emirat Arab (UEA) mulai menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, sebagai upaya normalisasi hubungan antara Negeri Yahudi dengan negara-negara Arab. Kementerian Luar Negeri Iran langsung mengecam keras jalinan hubungan diplomatik tersebut.
"(Kesepakatan) itu merupakan tindakan strategi kebodohan dari Abu Dhabi dan Tel Aviv, yang pastinya akan memperkuat poros perlawanan di kawasan tersebut," menurut pernyataan yang dirilis situs Kementerian Luar Negeri Iran, dikutip pada Sabtu (15/8/2020).
Republik Islam Iran menganggap langkah normalisasi hubungan UEA dengan Israel "berbahaya" dan memperingatkan Tel Aviv terhadap "ragam intervensi apa pun dalam persamaan Teluk," bunyi pernyataan tersebut.
"Pemerintah UEA dan seluruh pemerintah lainnya yang menyetujui langkah ini musti bertanggung jawab atas semua konsekuensi dari tindakan semacam itu," lanjutnya.
Baca Juga
Advertisement
Kesepakatan, yang diperantarai Amerika Serikat pada Kamis 13 Agustus itu menjadi sebuah langkah normalisasi hubungan antara Israel dan negara Teluk pertama, di mana Israel setuju untuk menunda rencana aneksasi mereka terhadap wilayah Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Palestina Tarik Duta Besar
Arsitek dari hubungan diplomasi UEA dan Israel adalah Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Pangeran Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed.
Dalam pernyataan bersama, mereka bertiga menyebut hubungan Israel dan Uni Emirat Arab akan memperkuat investasi, turisme, penerbangan, keamanan, telekomunikasi, kesehatan, hingga pendirian kedutaan besar.
Pihak Palestina ternyata tidak terima dengan kebijakan tersebut. UEA dituduh "mengkhianati Al-Aqsa, Yerusalem, dan perjuangan Palestina."
Akibatnya, Palestina memanggil duta besarnya dari Uni Emirat Arab sebagai bentuk protes. Keputusan itu diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki.
Isi perjanjian itu sebetulnya turut menyebut Uni Emirat Arab dan Israel akan terus membahas resolusi perdamaian Palestina, namun pihak Palestina kini menolaknya.
"UEA tidak berhak berbicara atas nama rakyat Palestina," ujar pernyataan pemerintah Palestina seperti dikutip The Jerusalem Post, Jumat (14/8/2020). Keputusan pembukaan hubungan diplomatik juga dikritik.
"Kepemimpinan Palestina menganggap langkah ini sebagai kehancuran Inisiatif Perdamaian Arab dan resolusi Arab summit," lanjut pernyataan itu.
Hamas juga menolak hubungan bilateral antara Israel dan UEA karena dianggap bisa menambah agresi Israel terhadap Palestina.
Advertisement
Batal Caplok Tepi Barat
Dalam pernyataan bersama antara Donald Trump, Benyamin Netanyahu, dan Sheikh Mohammed, pihak Israel disebut batal mencaplok Tepi Barat.
Presiden Donald Trump meminta Israel agar tidak melakukannya karena tidak sesuai dengan Visi Perdamaian versi Trump.
"Sebagai hasil dari terobosan diplomasi ini dan atas permintaan Presiden Trump dengan dukungan Uni Emirat Arab, Israel akan menangguhkan deklarasi kedaulatan pada area-area yang dipaparkan di Visi Perdamaian milik Presiden, dan fokus untuk menambah hubungan dengan negara-negara lain di Arab dan Dunia Muslim," tulis pernyataan itu.
Pihak Israel dan UAE berjanji akan sama-sama membahas konflik Israel-Palestina, serta mendukung agar Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, dan situs-situs suci lainnya bisa dikunjungi oleh semua pemeluk agama.