Liputan6.com, Jakarta - Tak lagi bisa dihinadari bahwa pandemi berdampak pada banyak lini kehidupan, tak terkecuali bisnis. Perubahan alur dan kebijakan demi menekan transmisi COVID-19 pun membuat pelaku usaha harus putar otak dalam mengelola keuangan.
"Dalam masa pandemi ini, kita memang harus survive. Pertama, survive secara fisik, dalam artian tidak tertular virus yang sedang menyebar. Lalu, secara keuangan," kata Co-Founder QM Financial, Ligwina Hananto, dalam talkshow "Tetap Kreatif di Era Pandemii" di rangkaian acara daring Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) 2020, Jumat, 14 Agustus 2020.
Dalam praktiknya, pengaturan keuangan dalam berbisnis harus didesain untuk jangka tujuh hingga delapan bulan mendatang atau setidaknya aman sampai kuartal satu 2021. "Caranya pakai defense strategy," tutur Wina.
Baca Juga
Advertisement
Pengukuran stategi ini menggunakan variabel ongkos produksi. Karenanya, Wina menganjurkan untuk bereksperimen dengan modal lebih rendah. Misal, dengan mengubah produksi ke barang-barang lebih kecil, namun dicari di masa pandemi, seperti masker.
"Terus coba hitung fix cost. Lepaskan ongkos paling besar. Dalam kasusku, dari awal pandemi, aku sudah tutup kantor dan memindahkannya ke virtual. Pemotongan ini buat memastikan perusahaan bisa tetap pegang uang di masa-masa sulit seperti sekarang," paparnya.
Kemudiannya, nafas keuangan perusahaan harus diperpanjang dengan penjualan. "Jadi, perspektifnya harus diubah. Jangan mau jual apa, tapi konsumen butuh apa," imbuh Wina.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beradaptasi dengan Perubahan Perilaku Konsumen
Wina menambahkan, adaptasi pun sangat penting untuk mempertahankan penjualan, terutama di masa serba tak pasti selama pandemi. "Karena yang harus disadari, ada perubahan perilaku konsumen," ucapnya.
Sementara, brand lokal, K.A.L.A Studio mengatakan, model bisnis yang dijalani membuat pihaknya lebih mulus mengendalikan situasi di masa krisis kesehatan globlal.
"K.A.L.A sangat hati-hati dari awal. Baby steps yang kami ambil sekarang jadi membantu. Dari awal, kami memang mengeluarkan cost sesuai kebutuhan," ucap Founder, sekaligus Chief Operating Officer (COO) K.A.L.A Stuido, Adinda Tri Wardhani, di kesempatan yang sama.
Berdiskusi dengan bagian financial, pihaknya memutuskan untuk mengerem pemasaran dan lebih mengembangkan produk. Sekalinya dilepas ke konsumen, cara pemasarannya pun harus disusun sedemikian rupa.
Nutritionist sekaligus Creative Director dan CEO Nikicio, Nina Nikicio, mengatakan bahwa kebanyakan brand sekarang beralih mengambil bahan baku dari lokal. "Sekarang yang banyak dicari itu rayon," tuturnya.
Advertisement