Liputan6.com, Jakarta - Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Amin Soebandrio mengakui pengembangan vaksin Covid-19 buatan Indonesia yang diberi nama Merah Putih membutuhkan waktu lama.
Sebab, pemerintah terlambat memberikan perintah kepada peneliti untuk mengembangkan vaksin. Menurut dia, seharusnya pengembangan Vaksin Merah Putih dimulai awal Januari 2020.
Advertisement
"Harus diakui bahwa kita start-nya terlambat. Kalau kita lihat negara lain Januari itu langsung bergerak," ujarnya dalam Talk Show Menanti Vaksin Covid-19, Sabtu (15/8/2020).
Amin menyebut, pemerintah baru membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 pada Maret lalu. Sementara pengembangan vaksin Merah Putih baru dimulai April 2020.
"Memang empat bulan terlambat dengan negara lain," ucap dia.
Meski terbilang terlambat dari negara lain, Amin mengklaim proses pengembangan Vaksin Merah Putih sudah diperpendek. Saat ini, vaksin tersebut berada dalam tahap kloning protein untuk mendapatkan protein rekombinan.
Diperkirakan, pengembangan vaksin Covid-19 itu rampung pada Februari atau Maret 2021. Setelah rampung, Vaksin Merah Putih tersebut langsung diserahkan ke Bio Farma.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Beda dengan Vaksin Sinovac
Amin menambahkan, vaksin Merah Putih berbeda dengan vaksin Sinovac asal China. Vaksin Merah Putih menggunakan platform rekombinan protein, sedangkan Sinovac memakai virus utuh yang dimatikan sebagai antigen.
"Kita pilih protein rekombinan ini dengan berbagai pertimbangan," kata Amin mengakhiri.
Reporter: Titin Supriatin/Merdeka.com
Advertisement