Liputan6.com, DC - Presiden Amerika Serikat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap cara dunia menanggapi krisis internasional, seperti perang, pandemi global, dan perubahan iklim.
Jadi, saat Pilpres AS 2020 diadakan, dunia banyak menaruh minat pada hasilnya.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, nama petahana Donald Trump dan penantang Joe Biden mungkin telah banyak didengar oleh publik dunia sebagai petarung utama di Pilpres AS 2020.
Kendati demikian, tak sedikit pula yang tidak banyak memahami tentang cara kerja prosesnya, termasuk soal mekanisme electoral college, yang mungkin asing di telinga orang awam.
Mengutip BBC (15/8/2020), berikut sejumlah fakta seputar Pilpres AS 2020:
Simak video pilihan berikut:
1. Pelaksanaan dan Peserta Utama
Pemilihan presiden selalu jatuh pada hari Selasa pertama setelah hari Senin pertama di bulan November, artinya pemilu tahun ini akan berlangsung sekitar tanggal 3 November.
Tidak seperti banyak negara lain, sistem politik AS didominasi oleh dua partai saja, jadi presiden selalu mewakili salah satunya.
Partai Republik adalah partai politik konservatif di AS dan kandidat mereka dalam pemilihan tahun ini adalah Presiden Donald Trump, yang berharap mengamankan periode kedua untuk empat tahun ke depan.
Sementara Demokrat adalah partai politik liberal di AS dan kandidat mereka adalah Joe Biden, seorang politikus berpengalaman yang terkenal karena menjabat sebagai wakil presiden untuk Barack Obama selama delapan tahun.
Kedua pria itu berusia 70-an --Trump akan berusia 74 tahun pada awal masa jabatan keduanya, sementara pada usia 78, Biden akan menjadi presiden periode pertama tertua dalam sejarah.
Advertisement
2. Penentuan Pemenang
Pemenangnya tidak selalu kandidat yang memenangkan suara terbanyak secara nasional (popular vote) --seperti kasus Hillary Clinton pada Pemilu 2016.
Sebaliknya, kandidat bersaing untuk memenangkan suara electoral college. Setiap negara bagian mendapat jumlah tertentu dari pemilihan berdasarkan populasinya dan ada total 538 yang diperebutkan, jadi pemenangnya adalah kandidat yang memenangkan 270 electoral vote atau lebih.
Ini berarti, ketika seseorang memberikan suara untuk kandidat pilihan mereka, mereka memberikan suara dalam kontes tingkat negara bagian dan bukan dalam kontes nasional.
Semua kecuali dua negara bagian memiliki aturan 'pemenang mengambil semua'. Jadi, calon mana pun yang memenangkan jumlah suara tertinggi akan diberikan semua suara electoral college pada pemilihan negara bagian.
Sebagian besar negara bagian sangat condong ke satu partai atau yang lain, yang berarti para kandidat memfokuskan upaya mereka pada selusin negara bagian di mana salah satu dari mereka bisa menang. Ini dikenal sebagai negara medan pertempuran.
3. Para Pemilih
Jika Anda adalah warga negara AS dan berusia 18 tahun ke atas, Anda memenuhi syarat untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden.
Namun, banyak negara bagian telah mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan pemilih untuk menunjukkan dokumen identifikasi untuk membuktikan siapa mereka sebelum mereka dapat memilih.
Undang-undang ini sering diberlakukan oleh Partai Republik yang mengatakan bahwa mereka perlu menjaga dari penipuan pemilih. Tetapi Demokrat menuduh mereka menggunakan ini sebagai bentuk penindasan pemilih karena seringkali pemilih minoritas yang lebih miskin tidak memiliki dokumen identitas, seperti SIM.
Negara juga memiliki aturan berbeda tentang apakah narapidana dapat memilih. Mayoritas dari mereka kehilangan hak untuk memilih ketika mereka dinyatakan bersalah, tetapi mendapatkan kembali hak itu ketika mereka telah menjalani hukumannya.
Kebanyakan orang memberikan suara di tempat pemungutan suara pada hari pemilihan. Tetapi, metode pemungutan suara alternatif telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2016, 21% dari mereka yang memilih melakukannya melalui pos.
Bagaimana orang memilih adalah masalah yang diperdebatkan tahun ini karena pandemi virus corona. Beberapa politikus menyerukan penggunaan surat suara via pos yang lebih luas, tetapi Presiden Trump mengatakan --dengan sangat sedikit bukti-- bahwa ini dapat mengakibatkan lebih banyak penipuan pemilih.
Advertisement
4. Tak Hanya Soal Pemilihan presiden
Tidak semua perhatian akan tertuju pada Trump vs Biden, tetapi para pemilih juga akan memilih anggota Kongres baru saat mereka mengisi surat suara.
Demokrat sudah memiliki kendali DPR (House of Representatives) sehingga mereka akan berusaha untuk mempertahankannya sementara juga mendapatkan kendali atas Senat (US Senate / DPD).
Jika mereka memiliki mayoritas di kedua kamar parlemen, mereka akan dapat memblokir atau menunda rencana Presiden Trump jika dia terpilih kembali.
Semua 435 kursi di DPR akan dipilih tahun ini, sementara 33 kursi Senat juga diperebutkan.
5. Melihat Hasil
Mungkin butuh beberapa hari untuk menghitung setiap suara, tetapi biasanya cukup jelas siapa pemenangnya pada dini hari keesokan harinya.
Pada 2016, Donald Trump naik ke panggung di New York sekitar pukul 03.00 pagi untuk memberikan pidato kemenangannya di depan kerumunan pendukung yang gembira.
Tapi, para pejabat sudah memperingatkan bahwa orang-orang mungkin harus menunggu lebih lama --mungkin berhari-hari, bahkan berminggu-minggu-- untuk hasil tahun ini mengingat rencana pelaksanaan pemungutan suara via pos.
Terakhir kali ketidakjelasan hasil selama beberapa jam terjadi pada Pemilu 2000, ketika pemenang tidak dikonfirmasi sampai keputusan Mahkamah Agung dibuat sebulan kemudian.
Advertisement
6. Masa Jabatan Baru
Jika Joe Biden memenangkan pemilihan, dia tidak akan segera menggantikan Presiden Trump karena ada periode transisi yang ditetapkan untuk memberi waktu kepada pemimpin baru untuk menunjuk menteri kabinet dan membuat rencana.
Presiden baru secara resmi dilantik pada 20 Januari dalam sebuah upacara pelantikan, yang diadakan di tangga gedung Capitol (Kompleks Parlemen AS) di Washington DC.
Setelah upacara, presiden baru menuju ke Gedung Putih untuk memulai masa jabatan empat tahun mereka.