3 Alasan Orang Beli Rumah di Tengah Pandemi Covid-19

2020 menjadi tahun yang menantang bagi banyak orang akibat pandemi covid-19

oleh Tira Santia diperbarui 16 Agu 2020, 07:00 WIB
Pengunjung melihat maket rumah di pameran Indonesia Property Expo (IPEX) 2017 di JCC, Senayan, Jakarta, Jumat (11/8). Pameran proyek perumahan ini menjadi ajang transaksi bagi pengembang properti di seluruh Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - 2020 menjadi tahun yang menantang bagi banyak orang. Akibat pandemi covid-19, orang-orang menghabiskan banyak waktu di dalam rumah untuk menekan persebaran virus tersebut.

Pada situasi seperti ini, orang-orang mendambakan hunian yang nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah. Orang-orang mulai memikirkan untuk membeli real estate saat harga tengah berada di titik terendahnya.

Kabar baiknya, seiring dengan pasar yang lambat, ekonomi lemah akibat pandemi ini, calon pembeli berkesempatan mendapatkan penawaran fantastis untuk rumah baru. Yang mungkin tidak mampu mereka beli sebelumnya.

Dilansir dari laman Forbes, Minggu (15/8/2020), berikut 3 alasan orang membeli real estate di tengah pandemi:

Mengapa begitu banyak orang bergerak di tengah pandemi? Berikut tiga alasan (cukup cerdas):

1. Harga Real Estate Turun

Menurut laporan Miller Samuel dan Douglas Elliman, pada kuartal kedua tahun 2020, penjualan real estate New York City (NYC) turun 54 persen. ni merupakan penurunan terbesar dalam 30 tahun.

Dengan aktivitas yang rendah, penjual yang putus asa, dan kemerosotan ekonomi, pasar bergeser dengan cepat dan sepenuhnya mengarah pada keinginan pembeli. Harga jual rata-rata di NYC turun menjadi hanya USD 1 juta, 18 persen lebih rendah dari statistik tahun sebelumnya untuk kawasan Manhattan.

Di California, Orange County Register melaporkan penurunan harga 5,2 persen dibandingkan tahun lalu. Perusahaan data perumahan CoreLogic memperkirakan akan ada penurunan harga 6,6 persen dari tahun ke tahun secara nasional pada Mei 2021.

 


2. Orang Mulai Menyadari Pentingnya Rumah

Pengunjung mengamati miniatur rumah pada pameran properti Mandiri Fiesta Expo di Jakarta, Selasa (12/11/2019). Pameran ini menawarkan promo khusus untuk nasabah Mandiri Group dan nasabah Sinar Mas Land yaitu suku bunga KPR mulai dari 4,5 persen fixed satu tahun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bukan hanya karena orang-orang "terjebak" di rumah mereka selama pandemi. Lebih jauh dari itu, rumah pada akhirnya menjadi tempat "aman" untuk singgah selama waktu yang menakutkan (re: pandemi).

Disadari atau tidak, karantina (self quarantine) ini seakan-akan menjadi kampanye terbesar untuk nilai real estat. Dimana orang-orang telah terinspirasi untuk berinvestasi lebih banyak untuk rumah mereka.

 


3. Rumah Sekarang Menjadi Kantor

Ilustrasi potensi pasar properti 2020

Selain pekerja esensial, sebagian besar orang saat ini mendapati diri mereka bekerja dari rumah selama pandemi berlangsung. Bekerja dari sofa atau meja dapur tanpa ruang kantor yang tepat bisa jadi sulit, terutama jika luasnya terbatas (dan dibagikan dengan anak-anak, pasangan, atau hewan peliharaan).

Setelah menjadi jelas bahwa budaya bekerja dari rumah tetap ada (setidaknya untuk waktu dekat), orang menyadari bahwa mereka membutuhkan lebih banyak ruang.

Selain itu, ada insentif finansial lain untuk pembeli yang bekerja dari rumah. Dimana; jika rumah Anda juga menjadi kantor, sebagian hipotek Anda dapat diklaim atas pajak Anda sebagai deduksi ‘home-office’.

Industri real estate boleh jadi kehilangan taringnya imbas pandemi covid-19. Namun tak mengapa, meski dengan harga yang anjlok, setidaknya masih dapat menarik pembeli dan mencatatkan penjualan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya