Liputan6.com, Yogyakarta - Cerita mengenai Kanjeng Ratu Kidul tak bisa lepas dari pantai Parangkusumo yang lokasinya 30 kilometer dari Yogyakarta.
Konon, pantai itu dianggap keramat karena dipercaya sebagai gerbang menuju Kerajaan Laut Selatan.
Siti Jumanah, pemandu wisata dan abdi dalem Keraton Yogyakarta Hadiningrat, dalam tur virtual dari HIS Travel mengatakan, pantai itu dianggap sebagai gerbang yang menghubungkan dunia nyata dan dunia gaib laut pantai Selatan.
Pantai Parangkusumo dulu merupakan tempat bertapa Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati yang disebut bertemu dengan Ratu Kidul di sana.
Dalam Babad Tanah Jawi, disebut Danang bertapa karena ingin menjadi Raja Mataram, kemudian Ratu Kidul berjanji membantu mengabulkan keinginannya dan membantu menjaga ketentraman rakyat Mataram hingga turun temurun.
Baca Juga
Advertisement
"Panembahan Senopati diajak Kanjeng Ratu Kidul ke istana keraton laut Selatan di dasar samudera, lalu terjalinlah cinta dan itu merupakan awal kisah pernikahan spiritual antara Kanjeng Ratu Kidul dan Danang Sutawijaya," jelas Siti, Sabtu (15/8/2020), dilansir Antara.
Sebagai imbalannya, Danang Sutawijaya rutin memberikan persembahan di Pantai Selatan yang masih rutin dilakukan lewat ritual upacara labuhan. Ritual ini merupakan permohonan menghilangkan sifat buruk dengan melarung barang-barang ke Laut Pantai Selatan.
"Ini perwujudan filosofi menjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan alam," jelas Siti.
Pantai Parangkusumo masih dianggap sakral hingga saat ini, buktinya masih banyak orang yang datang untuk berdoa atau bersemedi di sana.
Menurut Aryono dari Historia.id, kebiasaan ini bermula dari perilaku masyarakat yang meniru gerak-gerik pemimpin mereka.
"Masyarakat lihat apa yang dilakukan raja kepada Kanjeng Ratu Kidul, mereka mengikutinya. Kalau raja melakukan sebuah ritual, masyarakat juga mengikutinya."
Mengenai pernikahan spiritual antara Ratu Kidul dan Panembahan Senopati, Aryo mengatakan Babad -kumpulan naskah bahasa Jawa- tak sepenuhnya berisi sejarah akurat, namun dihiasi juga oleh berbagai mitos yang tujuannya untuk mengkultuskan raja.
Aryo menuturkan, sastrawan Pramoedya Ananta Toer berpendapat kisah Ratu Kidul hanya mitos yang diciptakan untuk menutupi berita kekalahan Sultan Agung yang gagal menyerang Batavia, juga gagal menguasai pantai utara Jawa. "Maka, dibuat mitos bahwa dia masih kuat di pesisir selatan," tutur dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Misteri Laut Selatan
Laut Selatan diselimuti banyak misteri karena ganasnya laut menimbulkan berbagai kecelakaan di sana. Namun, mitos bahwa insiden di laut berhubungan dengan Ratu Kidul sebetulnya bisa dijelaskan secara ilmiah.
Aryo menuturkan, berdasarkan beberapa kajian, banyak korban berjatuhan di sana karena arusnya memang kencang.
"Kalau bawa botol kosong, lemparkan ke salah satu sudut laut, jika botol terapung dan kembali ke pantai, arus lautnya minimal. Kalau botol terus terbawa ke tengah laut, lokasi itu punya arus laut tinggi."
Begitu pula tentang larangan memakai baju hijau di pantai selatan yang konon disebabkan warna itu identik dengan Ratu Kidul.
Mengutip Pram, Aryo mengatakan, warna hijau identik dengan seragam VOC. "Larangan itu dibuat agar orang-orang melupakan keterkaitan antara warna hijau dengan seragam VOC," katanya.
Dia juga membahas tentang lukisan Kanjeng Ratu Kidul yang dibuat oleh maestro Basoeki Abdullah.
Basoeki, kata Aryo, melukis Ratu Kidul berdasarkan anggapan banyak orang kalau sosok itu memiliki raut wajah yang cantik. Dia memilih seorang istri dokter bernama Nyonya Harahap sebagai model untuk lukisan Ratu Kidul.
"Setelah lukisan jadi, tak lama kemudian Nyonya Harahap meninggal karena sakit kanker. Semula, Basoeki anggap itu kebetulan," katanya.
Dia mengutip buku biografi Basoeki Abdullah dari Agus Dermawan, maestro lukis itu membuat beberapa lukisan Ratu Kidul lain dengan model yang berbeda. "Pas lukisan jadi, modelnya sakit atau meninggal."
Advertisement