Liputan6.com, Brussel - Kondisi di Laut Mediterania Timur semakin tegang antara Turki dan Yunani serta Prancis. Cekcok ini terkait batas maritim dan eksplorasi minyak dan gas.
Para Menteri Luar Negeri Uni Eropa meminta agar negara-negara yang berkepentingan mengutamakan dialog dan negosiasi. Hal itu disampaikan usai pertemuan di kota Brussel, Belgia, pada Jumat kemarin.
Baca Juga
Advertisement
"Tiga kata merefleksikan hasil dari diskusi: solidaritas, de-eskalasi, dan dialog," ujar pernyataan seperti dikutip dari situs resmi European Union External Action (EEAS), Minggu (16/8/2020).
Pihak Uni Eropa juga menekankan mobilisasi maritim yang dilakukan Turki tidak memberi sumbangsih kepada pencarian solusi di Laut Mediterania Timur, dan itu justru meningkatkan rasa antagonis serta rasa tidak saling percaya.
"De-eskalasi secepatnya oleh Turki dianggap krusial," jelas Uni Eropa.
Prancis juga terlibat dalam ketegangan Laut Mediterania Timur karena membantu Yunani. Pekan ini, Prancis ikut mengirim jet dan kapal ke wilayah tersebut.
Presiden Emmanuel Macron sempat "mengadu" ke Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Lewat Twitter, Presiden Macron menyebut Amerika Serikat dan Prancis satu suara dalam isu perdamaian Laut Mediterania Timur.
Sementara, Presiden Recep Tayyip Erdoğan sempat melempar sindiran ke Prancis dengan menyebut negara itu seperti kolonial atas sikapnya di Lebanon. Usai ledakan di Beirut, Presiden Macron sempat berkunjung ke Lebanon dan masyarakat yang menemuinya meminta bantuan revolusi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Uni Eropa: Ikuti Hukum Internasional
Uni Eropa menyebut isu perbatasan maritim dan eksploitasi sumber daya alam di Laut Mediterania Timur hanya bisa dilakukan dengan dialog dan negosiasi.
"Dengan niat baik, berdasarkan kepatuhan pada hukum internasional dan mendukung prinsip relasi bertetangga yang baik, dan bukan melalui aksi-aksi unilateral dan mobilisasi kekuatan laut," tulis uni Eropa.
Sikap Uni Eropa secara resmi mendukung Yunani, namun mereka juga menekankan bahwa menurunnya relasi dengan Turki bisa memberikan dampak strategis jangka panjang, bahkan di luar isu Laut Mediterania Timur.
Advertisement