Liputan6.com, Palu: Jalan poros Palu ke Parigi, Sulawesi Tengah, putus total pada Rabu sekitar pukul 17.00 WITA, karena tanah longsor yang menutup badan jalan di daerah Kebun Kopi, sekitar 45 km dari Palu.
Made Suartana, seorang pengemudi truk mengemukakan, ada sekitar lima titik tanah longsor yang menimbun jalan antara Kebun Kopi, Kabupaten Donggala dan Toboli, Kabupaten Parigi Moutong. Akibatnya, ratusan kendaraan dari arah Palu ke Parigi dan sebaliknya tertahan di poros jalan arteri tersebut.
Made mengemukakan, pada pukul 16.00 WITA ia masih melintas dengan mulus di jalur tersebut dari Palu ke Parigi. Namun pada pukul 18.00 WITA, saat akan kembali ke Palu ternyata jalan itu sudah tertutup longsor.
Poros Palu Parigi, khususnya ruas jalan Tawaeli-Toboli yang panjangnya sekitar 45 kilometer, merupakan jalur penghubung trans Sulawesi di Pantai Timur dan Pantai Barat Sulawesi Tengah.
Seluruh kendaraan baik dari Manado maupun Gorontalo di bagian utara Sulawesi maupun dari Makassar dan Kendari, serta berbagai kabupaten di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan harus melintasi poros Tawaeli-Toboli bila ingin masuk Kota Palu, begitu pula sebaliknya.
Karena itu kepadatan arus kendaraan di poros ini sangat tinggi. Namun demikian, poros ini paling rawan longsor karena di sepanjang sisi jalan baik berupa jurang dan di sisi lain dikelilingi tebing yang telah berubah menjadi lahan perkebunan cengkeh, kopi, kakao, dan sayur mayur.
Menurut Made, karena jalur Tawaeli-Toboli tertutup, kendaraan pada umumnya terpaksa mengambil jalur Tambu Kasimbar agar bisa melanjutkan perjalanan, meski jaraknya sangat jauh.
Kendaraan yang dari Parigi menuju Palu bila melewati jalur Tawaeli Toboli, jarak tempuhnya hanya sekitar 80 kilometer. Namun bila melalui Tambu-Kasimbar jaraknya mencapai 200 kilometer lebih. Made berharap, Dinas PU segera menurunkan alat-alat beratnya untuk menggusur longsoran agar jalur tersebut bisa segera terbuka kembali.
Poros Tawaeli-Toboli ini merupakan jalur jalan di Sulteng yang paling banyak menyerap anggaran pemerintah karena setiap tahun harus selalu ada proyek pelebaran jalan bernilai puluhan miliar rupiah. Belum lagi bencana tanah longsor yang berkali-kali terjadi sepanjang tahun sehingga banyak menyerap dana penanganan bencana alam. (FRD/Ant)
Made Suartana, seorang pengemudi truk mengemukakan, ada sekitar lima titik tanah longsor yang menimbun jalan antara Kebun Kopi, Kabupaten Donggala dan Toboli, Kabupaten Parigi Moutong. Akibatnya, ratusan kendaraan dari arah Palu ke Parigi dan sebaliknya tertahan di poros jalan arteri tersebut.
Made mengemukakan, pada pukul 16.00 WITA ia masih melintas dengan mulus di jalur tersebut dari Palu ke Parigi. Namun pada pukul 18.00 WITA, saat akan kembali ke Palu ternyata jalan itu sudah tertutup longsor.
Poros Palu Parigi, khususnya ruas jalan Tawaeli-Toboli yang panjangnya sekitar 45 kilometer, merupakan jalur penghubung trans Sulawesi di Pantai Timur dan Pantai Barat Sulawesi Tengah.
Seluruh kendaraan baik dari Manado maupun Gorontalo di bagian utara Sulawesi maupun dari Makassar dan Kendari, serta berbagai kabupaten di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan harus melintasi poros Tawaeli-Toboli bila ingin masuk Kota Palu, begitu pula sebaliknya.
Karena itu kepadatan arus kendaraan di poros ini sangat tinggi. Namun demikian, poros ini paling rawan longsor karena di sepanjang sisi jalan baik berupa jurang dan di sisi lain dikelilingi tebing yang telah berubah menjadi lahan perkebunan cengkeh, kopi, kakao, dan sayur mayur.
Menurut Made, karena jalur Tawaeli-Toboli tertutup, kendaraan pada umumnya terpaksa mengambil jalur Tambu Kasimbar agar bisa melanjutkan perjalanan, meski jaraknya sangat jauh.
Kendaraan yang dari Parigi menuju Palu bila melewati jalur Tawaeli Toboli, jarak tempuhnya hanya sekitar 80 kilometer. Namun bila melalui Tambu-Kasimbar jaraknya mencapai 200 kilometer lebih. Made berharap, Dinas PU segera menurunkan alat-alat beratnya untuk menggusur longsoran agar jalur tersebut bisa segera terbuka kembali.
Poros Tawaeli-Toboli ini merupakan jalur jalan di Sulteng yang paling banyak menyerap anggaran pemerintah karena setiap tahun harus selalu ada proyek pelebaran jalan bernilai puluhan miliar rupiah. Belum lagi bencana tanah longsor yang berkali-kali terjadi sepanjang tahun sehingga banyak menyerap dana penanganan bencana alam. (FRD/Ant)