Jasa Kencur di Balik Perjalanan Rafi Ahmad Falah Jadi Danpok Paskibraka 2019

Pemuda asal Banten ini memiliki rahasia di balik suara lantangnya.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 17 Agu 2020, 18:00 WIB
Paskibraka Nasional 2019 dari Banten, Rafi Ahmad Falah ditunjuk sebagai Komandan Kelompok 8 Tim Merah (Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Paskibraka 2019 Rafi Ahmad Falah memiliki pengalaman berkesan pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia. Pasalnya, tahun lalu ia terpilih menjadi komandan kelompok (Danpok) pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka).

Rafi mengaku, awalnya ia mengejar posisi pembentang bendera. Namun, ukuran tangannya ternyata lebih pendek dari rekannya, Rayhan Alfaro Ferdinand Siregar yang akhirnya mengisi posisi tersebut.

“Ternyata tangan Faro lebih panjang, itu ngaruh, saya pikir pasti bisa lebih rapi kalau Faro yang main. Akhirnya saya memutuskan jadi Danpok,” ujarnya kepada Liputan6.com dalam acara 17-an Merdeka, Inspirato Bersama Paskibraka 2019, Senin (17/8/2020).

Pemuda asal Banten ini memiliki rahasia di balik suara lantangnya. Selain latihan setiap hari selama satu bulan, rempah-rempah yang sering dijadikan bumbu dapur yaitu kencur turut menyertai perjalanannya menjadi Danpok.

“Biasanya sebelum baris saya teriak-teriak sendiri dulu, latihan vokal. Terus biasanya saya minta kencur biar suaranya lebih bulat dan lebih halus.”

Simak Video Berikut Ini:


Cerita Rayhan Siregar

Dalam kesempatan yang sama, Rayhan Alfaro Ferdinand Siregar juga berbagi cerita tentang pengalamannya menjadi seorang pembentang bendera Merah Putih tahun lalu dimulai dari tahap seleksi.

Menurutnya, seleksi dilakukan di berbagai tingkat mulai dari tingkat kecamatan, walikota, provinsi, hingga nasional.

“Awalnya mencoba, ternyata lolos ke tingkat selanjutnya dan rasa ingin tahu semakin tinggi jadi bertekad ingin sampai nasional.”

Setelah lolos ke tingkat nasional, ia mengaku senang karena dapat bertemu dengan perwakilan Paskibra lain dari 34 provinsi.

Sebagai pembentang, hal yang paling membuatnya khawatir bukan lah bendera terbalik melainkan bendera tidak terbuka secara maksimal.

“Kalau kebalik itu hampir gak mungkin karena kita sudah tahu lipatannya bagaimana dan kita udah berkali-kali melakukan itu. Yang ditakutkan itu ketika membentangkannya tidak maksimal atau layu benderanya, kan gak keren.”

Menjadi seorang pembentang memang telah diniatkan dari awal. Menurutnya, setiap ikut Paskibra ia pasti memilih posisi tersebut.

“Karena menurut saya pembentang itu klimaksnya jadi sangat menantang dan saya suka tantangan”

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya