Arab Saudi Tunjuk 10 Perempuan Duduki Jabatan Tinggi di Badan Pengurus 2 Masjid Suci

Arab Saudi dilaporkan telah merekrut 10 perempuan untuk menduduki jabatan tinggi di dua masjid besar.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Agu 2020, 17:43 WIB
Sejumlah jemaah saling jaga jarak saat melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah di dalam Masjidil Haram saat melakukan rangkaian ibadah haji di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi, Rabu (29/7/2020). Karena pandemi virus corona COVID-19, pemerintah Arab Saudi hanya membolehkan sekitar 10.000 orang. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi telah menunjuk 10 perempuan dalam peran jabatan tinggi di Badan Kepresidenan Umum Bidang Urusan Dua Masjid Suci, yakni Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. 

Penunjukkan jabatan itu diumumkan pihak berwenang Arab Saudi pada 16 Agustus, di tengah upaya untuk meningkatkan pekerja perempuan, seperti dikutip dari AFP, Senin (17/8/2020).

Mulanya, penunjukkan pada perempuan dalam posisi senior di lembaga keagamaan jarang terjadi di Arab Saudi. Tetapi saat ini, negara tersebut sedang mengupayakan liberalisasi secara luas, yang dipelopori Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan pimpinan umum untuk urusan dua masjid suci Arab Saudi, Sheikh Dr Abdulrahman Al-Sudais, para perempuan tersebut direkrut di dua masjid suci yang berada di Makkah dan Madinah di berbagai departemen, termasuk administrasi dan teknis.

Pernyataan tersebut juga menyebutkan, bahwa perekrutan itu dilakukan untuk "Memberdayakan perempuan di Arab Saudi dengan kualifikasi dan kemampuan tinggi".

Sebelumnya, pada 2018, kedua masjid besar itu telah merekrut 41 perempuan dalam posisi tinggi lainnya pada 2018, menurut laporan media setempat.

Saksikan Video Berikut Ini:


Diversifikasi Ekonomi

Umat muslim melakukan Tawaf mengelilingi Kakbah selama umrah di Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, Senin (2/3/2020). Semenjak pemerintah Arab Saudi melarang kegiatan umrah, tempat paling suci umat Islam ini menjadi terlihat lebih sepi dari biasanya. (AP Photo/Amr Nabil)

Sebagai bagian dalam rencana "Visi 2030", Pangeran Mohammed bin Salman berupaya meningkatkan lapangan kerja bagi perempuan, yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi kerajaan dan mengakhiri ketergantungan pada minyak.

Di Arab Saudi, jumlah pekerja perempuan bahkan telah mencapai sebanyak 1,03 juta pada kuartal ketiga di tahun 2019, yaitu 35 persen dari total angkatan kerja.

Sementara pada 2015, jumlah pekerja perempuan di negara tersebut ada sebanyak 816.000 orang, menurut angka resmi.

Dalam bentuk reformasi lain, para perempuan di Arab Saudi kini telah diizinkan untuk mengendarai mobil, bioskop telah dibuka kembali. 

Selain itu, pria maupun perempuan juga diizinkan untuk berbaur di acara-acara seperti konser dan di tempat umum. Namun, reformasi itu juga mendapati ragam respon termasuk tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.

Arab Saudi telah menahan dan mengadili belasan aktivis perempuan yang telah lama berkampanye untuk mendapatkan hak mengemudi kendaraan. Hal tersebut pun memicu banyak kecaman.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya