Ketika Surat Kakek di 1946 Dibalas Puisi oleh Rahayu Saraswati

Seperti membalas puisi sang kakek buyut, keponakan Prabowo Soebianto, Rahayu Saraswati Djojohadikoesoemo, membacakan puisi untuk kakeknya.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 17 Agu 2020, 23:03 WIB
Rahayu Saraswati DjojoHadikoesoemo ziarah ke makam kakek buyutnya, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Kota Tangerang, Senin (17/8/2020).

Liputan6.com, Jakarta - Kami bukan pembangun candi, Kami hanya pengangkut batu, Kamilah angkatan yang mesti musnah, Agar menjelma angkatan baru, Di atas pusara kami lebih sempurna.

Kutipan di atas adalah sepenggal puisi yang diduga ditulis oleh Letnan Soebianto Djojohadikoesoemo.

Pesan yang membangkitkan nilai juang itu, hingga sekarang terpatri di tugu Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Kota Tangerang. Dengan maksud, agar generasi milenials mengetahui nilai-nilai perjuangan pahlawan terdahulunya.

Seperti membalas puisi sang kakek, keponakan Prabowo Soebianto, Rahayu Saraswati Djojohadikoesoemo, membacakan puisi untuk kakeknya. Bertempat di Tugu Lengkong, Serpong, Kota Tangerang Selatan, Sarah membacakan puisi tersebut.

17 Agustus 2020 Surat kecil untuk Eyang

Ketika datang pertanyaan:

Untuk apa kamu hadir di bumi?

Ketika datang pertanyaan:

Apa yang telah kau beri pada penghuni bumi?

Ketika datang pertanyaan:

Apa yang telah kau lakukan untuk melestarikan bumi?

Ketika itu langsung teringat nasihat ibuku:

Di manapun engkau berada

Banggalah bahwa kamu orang Indonesia

Selalu bawa nama Tuhan

Jadilah berkat, jadilah rahmat buat sesama

Ketika itu bergetar suara hati:

Aku harus mengabdi

Pada negeri

Pada anak negeri

Pada warga di sini

Tempat kakekku mengabdi

Berjuang seluruh raga sepenuh hati

Bertaruh nyawa untuk negeri

Di sini

Dari sini Terpatri dalam kenangan:

Tangerang SelatanIndonesia.

Surat kecil untuk Eyang Subianto Djojohadikusumo

Eyang Sujono Djojohadikusumo

Yang gugur 25 Januari 1946

Dalam Pertempuran Lengkong, Serpong - Tangerang Selatan

Dari cucumu:Rahayu Saraswati Djojohadikusumo

(17-8-2020)

Sarah mengakui, apa yang dilakukan kakek buyutnya menjadi acuan dan nilai hidupnya di masa sekarang.

"Makanya kalau ada yang tanya apakah nama Djojohadikoesoemo itu beban, itu sama sekali tidak pernah terlintas di pikiran. Karena memang kami tahu, kami datang dari darah pejuang Indonesia," ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya