Liputan6.com, Jakarta Pada awal pandemi COVID-19, sempat beredar pesan di media sosial bahwa infeksi akibat virus SARS-CoV-2 itu bisa dicegah dengan berkumur dengan obat kumur. Pesan tersebut dikonfirmasi pada para ahli sebagai mitos dan tidak benar.
Meski demikian, para peneliti kemudian mempelajari senyawa kimia dari berbagai produk obat kumur dan berkesimpulan bahwa zat-zat kimia tersebut memang bisa membunuh virus yang terjebak di gigi-gigi yang bolong. Namun, hal itu bukan berarti cairan kumur bisa mencegah atau mengobati pasien COVID-19.
Advertisement
Cairan obat kumur bisa mengurangi jumlah virus yang ada di mulut sehingga mengurangi penyebaran virus dalam waktu yang terbatas. Namun, bukan berarti cairan kumur bisa menghilangkan infeksi dari seluruh tubuh orang yang terpapar COVID-19.
Ketika virus SARS-CoV-2 menginfeksi hidung dan pernapasan bawah, virus bisa berkembang biak dan ribuan virus baru akan terus menginfeksi sel-sel tubuh lainnya. Pada saat yang bersamaan, sistem imun akan membangun pertahanan dengan atau tanpa bantuan obat-obatan.
Studi mengenai cairan obat kumur ini dilakukan oleh University of Ruhr-University Bochum, Jerman. Studi dipublikasikan dalam Journal of Infectious Diseases yang telah melalui telaah sejawat (peer-review) melalui FirstPost.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Teliti 8 Cairan Kumur
Para peneliti Jerman meneliti delapan produk cairan kumur dari negara tersebut dan kemudian menciptakan ulang kondisi yang serupa dengan mukosa nasofaringeal. Mereka mencampur partikel virus dengan substansi yang menyerupai saliva (liur) lalu menambahkan cairan kumur. Hasil campuran tersebut kemudian dikocok selama 30 detik untuk menyerupai proses gargling.
Tak semua cairan kumur yang tersedia di pasaran bisa membunuh virus Corona. Cairan kumur yang berfungsi menghilangkan bau mulut tidak akan berdampak melawan patogen tersebut. Sebaliknya, cairan kumur terapetik yang mengandung bahan aktiflah yang bisa berinteraksi dengan struktur kimia virus dan membunuhnya Senyawa seperti chlorhexidine, peroksida, fluoride, dan minyak esensial harus ada dalam cairan kumur itu.
Pada grup kontrol, peneliti mengganti cairan kumur dengan medium kultur yang memungkinkan patogen berkembang di lab. Tes menunjukkan bahwa muatan virus dalam campuran tersebut berkurang setelah cairan kumur ditambahkan, lalu tak ada jejak virus setelah 30 detik.
Melansir laman New York Post, tim peneliti menguji tiga strain SARS-CoV-2 dan menemukan bahwa delapan kandidat cairan kumur bekerja membunuh virus. Terutama pada merk dagang Dequonal, Iso-Betadine, dan Listerine cool mint yang secara signifikan mengurangi infeksi virus hingga level yang tidak terdeteksi.
Advertisement
Riset Lebih Lanjut
Riset membuktika bahwa jenis cairan kumur yang tepat bisa menetralkan virus yang terjebak di gigi bolong untuk beberapa saat. Tapi cairan kumur tak akan menyembuhkan orang yang terpapar virus COVID-19 di hidung dan mulut. Bahkan, efek cairan kumur kemungkinan hanya sementara.
Semakin banyak virus yang akan diproduksi di sel-sel tubuh pada orang yang terinfeksi, maka gigi bolong orang tersebut pun akan kembali terisi virus. Diperlukan riset lebih jauh mengenai potensi cairan kumur dengan kandungan komponen yang bisa membunuh virus dan mengurangi risiko penularan dalam waktu singkat ini.
Para peneliti Jerman berencana melakukan riset lebih jauh untuk melihat apakah kesimpulan yang sama tetap valid setelah menguji senyawa cairan kumur pada pasien COVID-19. Para dokter juga akan melihat berapa lama efek cairan kumur itu bertahan. FirstPost mencatat, bahwa uji klinis untuk studi serupa telah terdaftar di University of California San Francisco dan University of Karachi, Pakistan.