Pemerintah Jepang Ingin Honda dan Nissan Bergabung, Ada Apa Ini?

Pemerintah Jepang tengah berusaha untuk menggabungkan antara Honda dan Nissan. Apa yang sebenarnya terjadi?

oleh Arief Aszhari diperbarui 18 Agu 2020, 15:02 WIB
Logo Honda (Foto: reutersmedia.net).

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jepang tampaknya tengah berusaha untuk menggabungkan antara Honda dan Nissan. Hal tersebut, karena pemerintah khawatir aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi yang melemah dan akhirnya runtuh meninggalkan Nissan dalam kesulitan.

Seperti dilaporkan Financial Times, penasihat Perdana Menteri Shinzo Abe menyebut, hubungan antara merek aliansi dilaporkan sangat buruk akhir-akhir ini.

Akhirnya, para pejabat dengan cepat menengahi diskusi merger pada akhir 2019. Jadi, ikatan dengan Honda diharapkan bisa memperkuat merek Nissan sekali lagi. Namun, kedua belah pihak menolak gagasan aliansi tersebut.

Sementara itu, melansir Autocar, penolakan tersebut karena Honda mempersulit pembagian suku cadang dan platform dengan nissan. Artinya, aliansi Nissan-Honda akan kehilangan skala ekonomi yang penting.

Selain itu, Honda dan Nissan memiliki model bisnis yang sangat berbeda. Nissan misalnya, terutama berfokus di mobil sedangkan Honda lebih ke bisnis yang beragam dengan ekspansi motor, perkakas listrik, dan peralatan berkebun.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Aliansi merek lainnya

Merek besar lainnya, juga telah mengumumkan rencana merger, termasuk PSA Group dan Fiat Chrysler Automobilers (FCA).

Kedua entitatas tersebut akan mengadakan kesepakatan merger 50:50 untuk membentuk produsen mobil terbesar keempat di dunia, yang disebut Stellantis.

Ford dan Volkswagen juga telah menyelesaikan aliansi global yang lebih luas. Kedua jenama ini, akan mengembangkan mobil listrik, pikap, van dan teknologi penggerak tanpa supir.

Kedua perusahaan berharap dapat memproduksi hingga delapan juta unit kendaraan komersial dari aliansi itu.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya