Thailand Masuk Jurang Resesi, Ekonomi Anjlok Terparah Sejak 1998

Kondisi ekonomi Thailand tahun ini adalah yang paling buruk di Asia mengingat ketergantungannya pada ekspor dan pariwisata.

oleh Nurmayanti diperbarui 18 Agu 2020, 13:27 WIB
Fans Thailand mengibarkan bendera negaranya siap meramaikan laga final leg kedua Piala AFF 2016 di Stadion Rajamangala, Thailand. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Liputan6.com, Jakarta Perekonomian Thailand mengalami kontraksi paling parah dalam lebih dari dua dekade. Ini membawa Negara Gajah Putih masuk dalam jurang resesi terdalamnya.

Melansir laman Bloomberg, Selasa (18/8/2020), Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand mengungkapkan jika produk domestik bruto (PDB) Thailand menyusut 12,2 persen dari tahun lalu. Angka ini menjadi penurunan terbesar sejak krisis keuangan Asia pada 1998.

Kontraksi ekonomi yang mendorong resesi imbas dari pendorong utama perekonomian, yakni perdagangan dan pariwisata yang tertatih-tatih akibat pandemi virus Corona.

Kondisi ekonomi Thailand tahun ini adalah yang paling buruk di Asia mengingat ketergantungannya pada ekspor dan pariwisata. Kedua sektor mengalami pukulan keras di tengah wabah Covid-19.

Ditambah, kondisi baht yang menguat, naik lebih dari 6 persen pada kuartal April-Juni. Baht menjadi mata uang berkinerja terbaik kedua di Asia, menurut Bloomberg.

“Kami prihatin tentang kondisi ekonomi, terutama lapangan kerja, kredit macet dan usaha kecil dan menengah," kata Sekretaris Jenderal Dewan Ekonomi, Thosaporn Sirisumphand.

Dia menilai belanja pemerintah akan tetap menjadi pendorong ekonomi utama tahun ini, di saat pendorong lainnya melemah.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Prediksi

Ilustrasi bendera Thailand (AP/Sakchai Lalit)

Dewan Ekonomi telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahunan neganya, akan minus 7,3% sampai 7,8%, dari perkiraan sebelumnya sebesar 5% -6%.

Perkiraan itu, didasari asumsi wabah virus dapat ditahan pada kuartal keempat tahun ini. Serta tidak ada gelombang kedua.

Namun angka ini lebih baik daripada prediksi Bank Sentral sebesar minus 8,1% dan penurunan 8,5% yang diharapkan Kementerian Keuangan.

"Yang terburuk mungkin sudah berakhir, tapi masih belum ada alasan merayakannya," kata Howie Lee, Ekonom  Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura.

“Dari sini kami memperkirakan laju pemulihan ekonomi akan bertahap, dengan banyak tantangan yang masih dihadapi perekonomian Thailand,” tambah dia

Dalam kesempatan lain, Supattanapong Punmeechaow, Menteri Energi dan Wakil Perdana Menteri yang bertanggung jawab atas ekonomi, mengatakan pemerintah akan membangun fokus pada kebangkitan ekonomi, yang melibatkan perwakilan dari instansi pemerintah dan sektor swasta.

Pemerintah Thailand sejatinya telah mengumumkan stimulus senilai USD 60 miliar. Serta dalam proses mengubah tim ekonominya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya