Mutasi Virus Corona di Malaysia Lebih Menular 10 Kali Lipat

Pakar dari China mengatakan mutasi virus seperti ini adalah hal normal. Kenapa bisa?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 19 Agu 2020, 10:59 WIB
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Jakarta Malaysia mendeteksi adanya mutasi virus Corona yang 10 kali lebih menular. Kementerian Kesehatan Malaysia meminta masyarakat yang ada di sana untuk lebih waspada.

Terkait mutasi virus Corona D614G, pakar biologi patogen asal Universitas Wuhan, Cina bernama Yang Zhanqiu mengatakan kepada masyarakat bahwa hal tersebut adalah hal normal. "Adalah hal normal bagi virus untuk bermutasi di berbagai negara bahkan di berbagai wilayah dalam satu negara," kata Yang.

"Virus harus beradaptasi dengan DNA masyarakat lokal dan lingkungan setempat," lanjutnya seperti dikutip dari laman Global Times, Selasa (18/8/2020).

Bila China gagal dalam mengendalikan wabah COVID-19, maka bisa ada banyak mutasi virus Corona di China.

Saksikan juga video berikut


Pengaruhi efektivitas vaksin yang sedang dibuat?

Sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd. Beijing, China. (Xinhua/Zhang Yuwei)

Mutasi virus seperti ini dikhawatirkan bisa memengaruhi vaksin yang kini tengah berusaha dibuat oleh banyak perusahaan farmasi. Jika strain membentuk strain baru lebih dari 20 persen mutasi genetik, maka besar kemungkinan vaksin yang dibuat saat ini tidak efektif. Namun, kemungkinan ini menurut Yang sangat rendah.

Mutasi tidak akan mengurangi kemanjuran obat atau vaksin.Sebuah penelitian yang diterbitkan Japan's National Institute of Infectious Diseases memperlihatkan mutasi virus ini terlah terjadi pada akhir Mei. Mutasi virus tersebut sudah sampai Eropa.

Mutasi virus D614G telah menyebar di Eropa pada awal Februari dan kemudian menjadi strain yang paling banyak ada di dunia. Sejauh ini belum ada bukti bahwa mutasi bisa menyebabkan kasus yang lebih parah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya