Liputan6.com, Jakarta - Urusan rasisme tak hanya menyangkut soal warna kulit, tapi juga tentang saus. Salah satu perusahaan makanan paling bergengsi di Jerman mengatakan akan mengganti nama saus pedas mereka karena dinilai berkonotasi rasis.
Perusahaan makanan Knorr akan mengubah nama 'Zigeuersauce,' atau 'saus gipsi' menjadi 'Saus Paprika Gaya Hongaria,' seperti dilansir dari New York Post, Selasa (18/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
"Karena 'saus gipsi' dapat diartikan secara negatif, kami telah memutuskan untuk memberikan nama baru pada saus Knorr kami," kata Unilever, grup barang konsumen internasional yang memiliki Knorr.
Di Jerman, nama saus tersebut sangat terkenal di banyak rumah tangga di sana. Sebenarnya, kelompok hak sipil telah bertahun-tahun menyerukan penggantian nama merek saus tersebut, tetapi pada 2013, perusahaan menolak permintaan tersebut.
Penggantian nama merek saus mengikuti perdebatan internasional baru-baru ini tentang rasisme, terutama di Amerika Serikat. Perusahaan nasional besar juga mengganti nama merek tradisional mereka sebagai tanggapan atas kekhawatiran tentang stereotipe rasial.
"Zigeuner" adalah ungkapan Jerman yang merendahkan untuk kelompok minoritas Roma dan Sinti yang tinggal di banyak negara Eropa selama berabad-abad dan masih didiskriminasi di Eropa. Mereka seringkali hidup di bawah garis kemiskinan dan terpinggirkan dalam masyarakat tanpa akses yang sama, seperti pendidikan, pekerjaan, atau kedudukan sosial.
Saksikan video pilihan di bawah ini :
Sambut Baik
Istilah 'Zigeunersauce' telah digunakan di Jerman selama lebih dari 100 tahun untuk menggambarkan saus pedas berbahan tomat dengan potongan kecil paprika, bawang, cuka, dan rempah-rempah, seperti paprika. Sebagian besar saus itu disajikan dengan daging.
Hidangan populer dengan saus yang sering disajikan di restoran tradisional Jerman disebut 'Zigeunerschnitzel', atau 'gypsy schnitzel'. Nama itu juga masih digunakan di banyak menu di seluruh negeri saat ini di tengah banyak kritikan.
Organisasi Roma dan Sinti di Jerman telah lama menunjukkan bahwa saus bahkan bukan bagian dari masakan tradisional mereka dan mereka juga telah menuntut selama bertahun-tahun agar nama tersebut dihapuskan. Kepala Dewan Pusat Sinti Jerman dan Roma menyambut baik keputusan Knorr untuk tidak lagi menggunakan istilah tersebut.
"Sangat bagus bahwa Knorr bereaksi terhadap keluhan dari banyak orang," kata Romani Rose kepada Bild am Sonntag. Namun, dia menambahkan bahwa selain sifat nama saus yang diskriminatif, ia khawatir dengan meningkatnya rasisme terhadap minoritas di Jerman.
Advertisement