Liputan6.com, Jakarta - Dalam Sistem Pembayaran Indonesia (SPI), Bank Indonesia ingin bank menjadi pemimpin di antara perusahaan fintech. Maka perbankan nasional perlu didorong untuk bertransformasi ke sistem digital.
"BI berpandangan bank sebagai lembaga utama, sebagai lead, dan perlu didorong menjadi digital," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, dalam Webinar LPPI bertajuk 'Open Banking: Pro-Cons', Jakarta, Selasa (18/8).
Advertisement
Bila perbankan nasional sudah bertransformasi maka setelah itu langkah selanjutnya didorong untuk bekerja sama dengan perusahaan fintech. Saat ini, sudah ada beberapa bank yang melakukan kerja sama dengan perusahaan fintech.
Namun sifatnya hanya dilakukan secara bilateral, belum secara holistik dan masih tersegmentasi. Beberapa yang sudah terkoneksi misalnya aplikasi Dana, Gojek dan Grab. Tetapi kerja sama ini baru dilakukan dengan beberapa bank.
Bank sentral menginginkan kerja sama ini dilakukan secara terintegrasi, sehingga perlu ada standarisasi yang mengaturnya. "Jadi ke depan ini bagaimana standarisasinya untuk saling menghubungkan," kata Sugeng.
Sehingga nantinya sistem pembayaran akan saling terhubung. Pengguna aplikasi pembayaran tidak perlu lagi melakukan top up karena sudah terhubung langsung dengan bank yang digunakan.
"Nantinya bisa semua terhubung, misalnya Gojek, Grab dan Dana itu tidak perlu top up tapi langsung link ke bank manapun," kata dia.
Dengan begitu kata Sugeng bisa memudahkan pengguna karena lebih cepat, efisien dan aman. Selain itu untuk meningkatan ini semua, Bank Indonesia membuat program BIFast yang baru akan dimulai tahun depan. Ini akan menggantikan sistem kliring yang saat ini tidak bisa dilakukan secara langsung.
"Ini akan mengganti sistem kliring yang tidak real time dan memberikan kemudahan dalam melakukan pelayanan," pungkasnya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Butuh Investasi Besar, Transformasi Digital Bank di Indonesia Berjalan Lambat
Transformasi digital bisnis perbankan di Indonesia masih jauh tertinggi jika dibandingkan dengan negara lain. Hasil survei yang dilakukan bank sentral pada awal 2019 memperlihatkan masih sedikit bank yang memiliki arah kebijakan menuju transformasi digital.
"Bank di Indonesia mengalami ketertinggalan terkait langkah transformasi digital, berdasarkan survei awal tahun 2019," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Sugeng dalam Webinar LPPI bertajuk 'Open Banking: Pro-Cons', Jakarta, Selasa (18/8/2020).
Kondisi ini terjadi karena digital banking membutuhkan nilai investasi yang cukup besar. Terutama investasi teknologi informasi. Sehingga saat ini bank yang menerapkan digital banking merupakan bank-bank besar yang ada di golongan buku 3 dan buku 4.
Namun akibat Pandemi Covid-19, perbankan nasional sudah mulai berbenah. Jika sebelumnya hanya melakukan transformasi digital lewat ATM, kini bank mulai memaksimalkan mobile banking yang sifatnya terdepan.
"Pada akhirnya sekarang perbankan aware dengan transformasi digital," kata Sugeng.
Advertisement