Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data PwC menunjukkan Indonesia negara asal wisatawan medis terbesar pada tahun 2015. Setidaknya 600 ribu orang Indonesia melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan medis.
Alasannya pelayanan rumah sakit di dalam negeri kurang memiliki keahlian dalam penyakit tertentu.
Advertisement
“Umumnya pasien memilih perawatan medis ke luar negeri dengan alasan kurang mampunyai layanan medis domestik untuk menyembuhkan penyakit-penyakit khusus,” kata Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi dalam siaran pers, Jakarta, Selasa (18/8).
Dari data tersebut, pemerintah Indonesia saat ini tengah mengkaji rencana pembangunan industri wisata medis (medical tourism) di tanah air. Jenis wisata baru ini dilakukan untuk mendapatkan layanan kesehatan, kebugaran, dan penyembuhan di negara tujuan.
Jodi menjelaskan wisata medis dirancang dengan tujuan meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sekaligus meningkatkan kemandirian bangsa dalam bidang kesehatan.
Sebagai informasi, beberapa tahun terakhir, negara di Asia seperti Thailand, Singapura, India, Malaysia, dan Korea Selatan sedang mengembangkan wisata medis. Pada 2016, Thailand mencatatkan jumlah wisatawan medis mencapai 2,29 juta orang dengan nilai pasar mencapai USD 6,9 miliar.
Data yang dirilis Indonesia Services Dialog (ISD), setiap tahun orang Indonesia mengeluarkan uang yang nilainya cukup fantastis untuk mendapatkan layanan kesehatan di luar negeri. Jodi, menyebut pengembangan wisata medis di Indonesia menjadi sangat realistis dan menguntungkan jika melihat angka tersebut.
Selain itu jumlah wisata medis secara global juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika Indonesia mengembangkan Industri wisata medis ini, akan banyak dampak positif yang akan dirasakan.
Misalnya diversifikasi ekonomi, menarik investasi luar negeri, penyediaan lapangan pekerjaan, pembangunan dan industri layanan kesehatan di Indonesia. Termasuk menahan laju layanan kesehatan agar tidak mengalir ke negara-negara yang lebih sejahtera. Sehingga pemerintah membutuhkan promosi masif dan fasilitas penunjang dalam pembangunan industri baru ini.
"Untuk mendukung industri tersebut, dukungan pemerintah sangat diperlukan melalui promosi masif serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya,” kata Jodi.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Dokter dari Luar Negeri
Dia melanjutkan, wacana untuk membangun Rumah Sakit Internasional dan mendatangkan dokter spesialis dari luar negeri menjadi bagian dari kerangka untuk menyiapkan industri wisata medis tersebut. Terkait detailnya akan terus dikaji secara mendalam.
Tentunya akan terus dikoordinasikan dengan Kementerian dan Lembaga terkait, serta organisasi yang terkait, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Seperti dokter asing yang akan bekerja di rumah sakit internasional. Mereka adalah dokter spesialis yang belum ada di Indonesia.
“Nantinya dokter asing yang datang hanyalah dokter spesialis yang memang belum ada di Indonesia, dan mereka harus tandem dengan dokter-dokter kita," kata Jodi.
Jodi melanjutkan bukan sembarangan mendatangkan dokter dari luar negeri. Hal ini dilakukan agar orang Indonesia bisa mendapat pelayanan medis yang lebih baik. Begitu juga dengan wisatawan luar negeri juga bisa lebih banyak yang datang ke Indonesia untuk mendapatkan pelayanan medis. Sehingga pada akhirnya, devisa negara tidak habis di negeri orang.
"Harapan Pak Menko Luhut sederhana, jangan sampai devisa kita terus menerus keluar,” ujar Jodi.
Kerja sama bisa dilakukan dengan Rumah Sakit dari negara-negara yang memiliki banyak wisatawan di Indonesia, seperti misalnya Australia yang memiliki banyak wisatawannya di Bali. Pemerintah akan berperan untuk melakukan promosi secara masif dan menyediakan penyediaan fasilitas pendukung. Begitu juga dengan insentif yang diperlukan untuk terwujudnya industri baru tersebut.
Merdeka.com
Advertisement