Liputan6.com, Kabul - Enam anggota pengawal kehormatan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani terluka pada Selasa, 18 Agustus 2020 ketika sebuah roket menghantam kompleks istana presiden.
Dikutipdari laman Channel News Asia, Rabu (19/8/2020) roket itu diluncurkan ke pusat Kabul tepat ketika para pejabat berkumpul di ibu kota untuk memperingati hari kemerdekaan ke-101 Afghanistan.
Presiden Ghani telah selesai berbicara di luar Istana Arg dan setelah itu sebuah roket mendarat di kompleks yang luas itu dan melukai enam anggota pengawal kehormatannya.
Baca Juga
Advertisement
Presiden telah menyelesaikan tugas seremonialnya dan tidak mengalami apa-apa.
Kementerian Dalam Negeri Afghanistan tidak segera mengomentari insiden itu, tetapi juru bicara Tareq Arian sebelumnya mengatakan 14 roket ditembakkan dari dua kendaraan di ibu kota. Sebagian besar mengenai rumah-rumah warga sipil.
"Sayangnya, 10 warga sipil termasuk empat anak dan satu wanita terluka," kata Arian.
Istana Arg terletak di daerah yang sangat dibentengi di ibu kota yang juga menampung beberapa kedutaan besar sejumlah negara.
Utusan tertinggi AS di Kabul, Ross Wilson, mengutuk "aksi terorisme pengecut" tersebut.
Upacara pelantikan Ghani pada 9 Maret juga terganggu oleh tembakan roket di dekat istana. Tidak ada cedera serius yang dilaporkan pada saat itu.
Pada Agustus 2018, beberapa roket ditembakkan di Kabul, termasuk di istana presiden, tempat Ghani berpidato. Kelompok Negara Islam mengaku bertanggung jawab.
Tidak ada kelompok yang mengklaim serangan roket pada hari Selasa itu.
"Kami mengharapkan serangan bunuh diri dan ledakan bom di jalan, bukan roket yang menghantam rumah kami," kata Habib Rahman, yang rumahnya dihantam salah satu roket.
Negosiasi akan dimulai setelah Kabul menyelesaikan pembebasan sekitar 400 tahanan Taliban sebagaimana disetujui pekan lalu oleh pertemuan tradisional ribuan warga Afghanistan.
Simak video pilihan berikut:
Konflik dengan Taliban
Otoritas Afghanistan sejauh ini telah membebaskan 80 tahanan Taliban, tetapi bersikeras bahwa 320 tahanan yang tersisa akan dibebaskan setelah para militan membebaskan beberapa tentara Afghanistan yang ditawan oleh mereka.
"Amerika Serikat tetap berkomitmen pada penyelesaian politik yang mengakhiri konflik dan memastikan Afghanistan tidak pernah lagi menjadi ancaman bagi Amerika Serikat dan sekutunya," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan menandai hari kemerdekaan.
Para pejabat mengatakan penundaan pembebasan sisa tahanan Taliban juga karena penentangan dari Paris dan Canberra karena beberapa narapidana dituduh membunuh warga dan tentara Prancis dan Australia.
Taliban, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan untuk menandai hari kemerdekaan, bersumpah untuk melanjutkan perjuangan mereka "dengan segenap kekuatan kami untuk mendapatkan kembali kedaulatan kami dan membangun pemerintahan Islam di Tanah Air kami".
Afghanistan tidak pernah menjadi bagian dari kerajaan Inggris tetapi secara resmi merdeka dari pengaruh Inggris pada Agustus 1919.
Advertisement