Liputan6.com, Jakarta - Serangan di Gaza berlanjut untuk malam ketujuh berturut-turut, ketika pesawat-pesawat tempur Israel menargetkan pos pengamatan Hamas dalam apa yang dikatakan tentara Israel sebagai tanggapan atas serangan balon api Palestina di seberang perbatasan.
Melansir Al Jazeera, Rabu (19/8/2020), serangan udara pada hari Selasa waktu setempat terjadi ketika pejabat keamanan Mesir yang berkunjung berusaha untuk meredakan kekerasan terbaru.
Advertisement
"Jet tempur dan pesawat [lainnya] menghantam infrastruktur bawah tanah milik Hamas di Jalur Gaza," menurut pernyataan militer Israel, yang mengaitkan serangan itu dengan "balon peledak dan pembakaran yang diluncurkan dari Jalur Gaza ke Israel".
Sumber dan saksi keamanan Gaza mengatakan serangan tersebut menghantam pos pengintai Hamas di Rafah di selatan wilayah itu dan Beit Lahia di utara.
Ketegangan pun meningkat selama lebih dari seminggu, dengan Israel menuduh Hamas menembakkan roket dan meluncurkan balon melintasi perbatasan yang dilengkapi dengan alat pembakar atau peledak.
Israel telah menutup penyeberangan barang Karem Abu Salem ( Kerem Shalom) dengan Jalur Gaza, memberlakukan larangan penangkapan ikan di lepas pantai Gaza, dan melakukan serangan udara setiap malam selama tujuh malam.
Wilayah Palestina telah berada di bawah blokade Israel yang melumpuhkan sejak 2007, dengan Israel mengutip ancaman keamanan dari Hamas atas blokade darat, udara dan lautnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Serangan Udara di Gaza
Sumber Hamas mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kelompok itu mengadakan pembicaraan dengan delegasi Mesir di Gaza pada hari Senin, sebelum delegasi berangkat untuk pertemuan dengan Israel dan Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat.
Ia diperkirakan akan kembali ke Gaza setelah pembicaraan itu.
"Pendudukan melanjutkan agresinya dan melakukan serangan udara di Gaza setelah tengah malam," kata sumber Hamas, menambahkan bahwa serangan itu dipandang sebagai "tanggapan negatif" terhadap para pencari gencatan senjata.
Tidak ada korban dalam penggerebekan itu, tambahnya.
Meskipun ada gencatan senjata tahun lalu yang didukung oleh Mesir, Qatar dan PBB, ketegangan antara Hamas dan Israel meningkat bahkan meluas.
Hamas mengatakan Israel tidak menghormati pemahaman sebelumnya yang menetapkan bahwa Israel meringankan blokade yang telah diberlakukan di Gaza sejak pengambilalihan Hamas dan memungkinkan proyek skala besar untuk membantu menyelamatkan ekonomi yang runtuh.
Satu-satunya pembangkit listrik di Gaza juga dijadwalkan ditutup karena penutupan perlintasan, yang telah memutus pasokan bahan bakar, memperburuk krisis listrik, dan membuat dua juta penduduk Gaza mendapat listrik hanya sekitar empat jam sehari.
Advertisement