BRI Cetak Laba Rp 10,2 Triliun di Semester I 2020

BRI berhasil meraup laba Rp 10,2 triliun di semester I 2020.

oleh Athika Rahma diperbarui 19 Agu 2020, 11:33 WIB
Bank BRI - Melayanai dengan Setulus Hati.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Rakyat Indonesia (BRI) berhasil meraup laba Rp 10,2 triliun di semester I 2020. Angka tersebut lebih rendah dari laba tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp 16,16 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan, sejak awal Covid-19 melanda Indonesia, BRI telah berkomitmen untuk melindungi dan membangkitkan UMKM karena UMKM jadi sektor paling terdampak pandemi.

"Meski kita fokus ke UMKM tapi bisnis BRI tetap tumbuh positif. Aset secara konsolidasi mencapai Rp 1.387,76 triliun atau tumbuh 7,73 persen hingga Juni 2020," ujar Sunarso dalam konferensi pers virtual, Rabu (19/8/2020).

Lalu hingga akhir Juni 2020, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI konsolidasian tercatat memcapai Rp 1.072,50 triliun atau tumbuh 13,49 persen yoy. Pencapaian ini lebih tinggi dari penghimpunan DPK industri perbankan di bulan Juni 2020 yang tercatat sebesar 7,95 persen yoy.

"DPK BRI didominasi oleh dana murah (CASA) sebesar 55,81 persen," kata Sunarso. Di sisi lain, pandemi mampu mendorong transaksi digital di BRI sehingga mampu mendongkrak pencapaian pendapatan berbasis komisi. Hingga akhir Semester I 2020, pendapatan berbasis komisi BRI tercatat sebesar Rp 7,46 Triliun atau tumbuh 18,59 persen yoy. BRI juga mampu menjaga loan to deposit ratio (LDR) secara ideal di angka 86,06 persen, atau lebih rendah dengan LDR BRI di akhir Juni 2019 sebesar 92,81 persen. Sementara itu, permodalan BRI terjaga dengan CAR sebesar 20,15 persen.

Lalu untuk Non Performing Loan (NPL) BRI terjaga di angka 2,98 persen bank only dan 3,1 persen secara konsolidasi, dengan NPL coverage mencapai 187,73 persen hingga akhir Juni 2020.

Krisis yang tengah terjadi saat ini menjadi akselerator transformasi yang telah dilakukan BRI sejak 2016 lalu. Transformasi yang dilakukan BRI semata-mata untuk menyelamatkan UMKM agar lapangan kerja tercipta.

"Meningkatkan produktivitas UMKM artinya sama dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia," pungkas Sunarso.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Intip Kunci Tetap Produktif Selama WFH Ala BRI

Dokumentasi: Bank BRI

Kiprah milenial menjadi hal yang dibutuhkan saat ini. Pasalnya generasi ini dianggap mampu beradaptasi secara cepat dengan teknologi. Terlebih di masa akselerasi digital imbas pandemi covid-19. Di sisi lain, sebelum krisis kali ini, angkatan generasi milenial juga pernah merasakan kejatuhan pada krisis moneter pada 1997-1998.

Untuk itu, Bank Rakyat Indonesia (BRI) senantiasa membuka lebar kesempatan bagi insan milenial yang ingin bergabung. BRI terus melakukan penyesuaian kultur perusahaan, yang kali ini mengarah pada fleksibilitas.

Direktur Human Capital BRI Herdy Rosadi Harman mengatakan, adanya pandemi covid-19 ini mendorong percepatan menuju revolusi perusahaan berbasis digital. Dimana kebanyakan dari populasi yang melek teknologi berasal dari rentang usia milenial.

“Jadi kalau dari survey kami, mereka merasakan (WFH) lebih banyak protifnya,” ujar Herdy dalam BRI #SharingSession Topics : Culture Transformation BRI, Selasa (12/8/2020).

Herdy mengatakan, umumnya pihak manajemen perusahaan akan mengkhawatirkan produktivitas karyawannya jika bekerja dari rumah. Namun kini berbeda. Herdy mengakui bahwa kepercayaan penuh dapat menjaga kinerja karyawan selama WFH.

“Ternyata survey kita nggak (mengkhawatirkan/tetap produktif) tuh, oke-oke (saja). Kita pastikan semua pakai aplikasi sehingga bisa dimonitor, yang namanya absen itu tidak harus datang fisiknya ke kantor,” kata Herdy.

Herdy bahkan mengakui jika pada kenyataannya, bekerja secara daring justru menambah jam kerja. “To be honest, sekarang kita kerja waktu juga jadi nggak relevan, almost 24 hour a day,” kata dia.

“Yang penting kita enjoy ajalah,” sambung dia. Sesuai dengan tagline BRI Working at BRI has to be fun’ Herdy menyebutkan bahwa kunci dari produktivitas adalah perasaan bahagia dengan lingkungan yang mendukung. “Keep your spirit high and stay young forever. Karena produktivitas itu baru muncul kalau dibikin dalam fun environment,” sebut Herdy.

“Makanya di BRI ini lagi menggenjot habis-habisan yang namanya culture agent yang jumlahnya cukup fantastis. Ini untuk memastikan protokol pandemi dilakukan, memastikan budaya yang kita harapkan terkawal. Ini mulai diintensifkan. Yang penting mereka harus sampai pada ide-ide yang kreatif dalam suasana yang fun,” tandas dia.


Wahai Milenial, Siapkan 3 Hal Ini jika Ingin Bergabung dengan BRI

Ilustrasi pelayanan Bank Rakyat Indonesia.

Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus melakukan penyesuaian kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) baru di perbankan. Dimana saat ini merupakan pasa produktif bagi para milenial. Hal ini agar estafet pembangunan perekonomian melalui perbankan dapat diberikan kepada tangan yang tepat.

“Dari sisi rekruitmen, kita buka multi channel untuk recruitment. Jadi kita pengen fokus dalam membangun orang,” ujar Direktur Human Capital BRI Herdy Rosadi Harman dalam BRI #SharingSession Topics: Culture Transformation BRI, Selasa (12/8/2020).

Selain itu, Herdy juga mengaku BRI terus berbenah agar dilirik oleh para pencari kerja, utamanya milenial dan fresh graduate.

“Pencari kerja yang kita sasar itu belum tahu bahwa ada perusahaan sebagus BRI ini,” kata dia.

Untuk itu, Herdy menyebutkan tiga kriteria utama bagi milenial untuk bergabung dengan BRI. Pertama, harus memiliki prestasi akademi di atas rata-rata. Kemungkinan besar, hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan secara cepat di masa yang akan datang.

“Satu, punya prestasi akademi di atas rata-rata. Kedua punya prestasi non akademis. Punya ketampilan di non akademis. Ketiga, jangan lupa, yang kita cari anak-anak yang peduli sama masyaraat, sama bangsanya,” kata Herdy.

Untuk syarat ketiga, Herdy memberikan penekanan khusus. Menurutnya, hal ini sangat penting, mengingat apa yang akan diemban ketika bergabung dengan BRI menyangkut hajat hidup orang banyak.

“Yang kita cari mereka yang tidak asik (sendiri) dengan dunianya. Jadi mereka yang mikirin masyarakat. Kita butuh sesuatu, bangsa kita butuh sesuatu. Biasanya anak-anak yang begini, di sekolah aktif di kegiatan sosial, nah ini yang kita sasar,” tukas Herdy. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya