Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta PT Bank Pembangunan Daerah Jatim Tbk atau Bank Jatim aktif menyisir sektor ultra mikro, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk membantu akses permodalan. Hal ini mengingat mengingat 54 persen PDRB Jatim digerakkan oleh sektor UMKM.
"Sekarang UMKM butuh tangan dingin Bank Jatim untuk menyapa mereka dan memberi pendampingan, akses, dan membantu meningkatkan nilai tambah agar mereka bisa petik, olah, kemas, dan jual," ujar Khofifah, seperti dikutip dari Antara, ditulis Rabu (19/8/2020).
Khofifah juga mendorong cabang-cabangnya agar memiliki konsep super team sehingga mampu menghadirkan inovasi dan kreativitas.
Baca Juga
Advertisement
"Hari ini eranya bukan kompetisi, melainkan kolaborasi. Maka, bangunlah kolaborasi sebanyak-banyaknya, seluas-luasnya, dan sekuat-kuatnya karena format sinergi kolaborasi menjadi sebuah kebutuhan," kata Khofifah.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman mengakui setiap era memiliki tantangan, termasuk bagi sektor perbankan yang saat ini dituntut melakukan cara dan metode pelayanan kekinian.
Ke depan, kata dia, berbagai aspek kehidupan akan berbasis digital sehingga mau tidak mau Bank Jatim harus bertranformasi, seperti bersinergi dengan kompetitor maupun financial technology (fintech).
"Jadi, harus bertransformasi ke arah digital dan harus kekinian," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Bank Jatim Revisi Target Penyaluran Kredit
Ia mengaku Bank Jatim sudah bersinergi dengan beberapa fintech, serta memperkuat jaringan bisnis serta fitur-fitur produk berbasis digital.
Bahkan, sejauh ini sudah tampak ada peningkatan penggunaan layanan digital dibandingkan datang langsung ke kantor dengan layanan tatap muka.
Sejumlah layanan digital yang menjadi unggulan, di antaranya e-channel, m-banking, internet banking, Jatimcode, hingga yang terbaru e-form untuk pengajuan kredit nasabah secara daring dan kredit multiguna elektronik (e-kmg) bagi ASN dan pensiunan.
Busrul juga mengatakan, kondisi pandemi seperti saat ini bukan menjadi alasan perseroan untuk putus asa. Sebagai bank daerah yang punya visi dan misi menjadi bank BPD nomor 1 di Indonesia, lanjut dia, Bank Jatim perlu mengakselerasi bisnis secara kuantitas dan kualitas.
"Pandemi ini sebetulnya adalah kesempatan untuk konsolidasi ke dalam, membenahi policy dan human capital, dan upaya-upaya kebijakan efisiensi serta pengembangan teknologi. Saya optimistis sekali soal ini," tuturnya.
Kendati demikian, dia menegaskan, Bank Jatim tetap melakukan koreksi rencana bisnis bank (RBB) tahun ini sebagai dampak pandemi.
Target pencapaian aset tahun ini pun diperkirakan turun 1 hingga 2 persen, sedangkan kinerja kredit yang awalnya ditargetkan tumbuh 14 persen. Akan tetapi, dikoreksi tumbuh hanya 6 sampai 8 persen.
Sementara itu, kinerja dana pihak ketiga (DPK) yang sebelumnya diprediksi double digit diperkiraan tumbuh sekitar 4 sampai 6 persen, termasuk adanya koreksi kinerja laba.
Advertisement