Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso menyebutkan, BRI telah berhasil mengekspansi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang disuntikkan pemerintah ke Bank Himbara (bank-bank BUMN) beberapa waktu lalu.
BRI sendiri mendapatkan jatah suntikan likuiditas sebesar Rp 10 triliun dan jumlah tersebut harus di-leverage sebanyak 3 kali, atau disalurkan ke masyarakat sebesar Rp 30 triliun. Hanya dalam waktu 1,5 bulan saja, dari 25 Juni (tanggal penempatan dana murah) hingga 7 Agustus, BRI berhasil melakukan hal itu.
Advertisement
"Realisasinya, sampai tanggal 7 Agustus 2020, angka Rp 30 triliun itu sudah tercapai. tepatnya pertama kali Rp 30 triliun dicapai tanggal 7 Agustus pukul 11.30 WIB," kata Sunarso dalam paparan kinerja secara daring, Rabu (19/8/2020).
Adapun, dana tersebut sudah tersalurkan ke 716.815 nasabah dengan komposisi 44 persen nasabah baru dan 56 persen nasabah eksisting. Kemudian dari skala usaha, komposisinya ialah 70 persen usaha mikro dan 30 persen usaha kecil.
Sunarso menyebut, tidak ada larangan menyalurkan dana murah tersebut kepada nasabah eksisting, sehingga hal itu dinilai sah dan wajar.
"Larangannya jelas, tidak boleh digunakan untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) dan valuta asing. Maka UMKM yang kita restrukturisasi supaya tidak mati, tidak melakukan PHK, maka itu jadi prioritas penyaluran kredit ini," kata Sunarso.
Menilik kinerja penyaluran kredit perseroan, BRI tercatat telah menyalurkan kredit sebesar Rp 922,97 triliun atau tumbuh 5,23 persen secara tahunan (year on year) pada Semester I tahun 2020.
Dari total penyaluran tersebut, sebesar Rp 725,27 triliun disalurkan ke segmen UMKM, atau sekitar 75,85 persen dari total kredit keseluruhan. Perseroan menargetkan, 80 persen portofolio pinjaman BRI di tahun 2022 merupakan pinjaman yang disalurkan ke segmen UMKM.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hingga Juni 2020, Penyaluran Kredit BRI Tembus Rp 922,97 Triliun
Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso menyatakan, BRI terus melakukan penyaluran kredit terutama kepada UMKM agar aktivitas ekonomi dapat terakselerasi dengan baik.
Pada semester I tahun 2020, BRI tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp 922,97 triliun atau tumbuh 5,23 persen secara tahunan (year on year).
"Pencapaian ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan di bulan Juni 2020 sebesar 1,49 persen yoy," kata Sunarso dalam konferensi pers virtual, Rabu (19/8/2020).
Sunarso mengatakan, dari total pinjaman tersebut, sebesar Rp 725,27 triliun disalurkan ke segmen UMKM, atau sekitar 75,85 persen dari total kredit keseluruhan. Perseroan menargetkan, 80 persen portofolio pinjaman BRI di tahun 2022 merupakan pinjaman yang disalurkan ke segmen UMKM.
Selain pinjaman ke UMKM, kenaikan kredit ini juga disokong oleh pinjaman mikro, ritel dan menengah dengan komposisi mikro sebesar 7,1 persen dan ritel sebesar 8,51 persen.
Lanjutnya, sejak awal Covid-19 melanda Indonesia, BRI telah berkomitmen untuk melindungi dan membangkitkan UMKM karena UMKM jadi sektor paling terdampak pandemi, demikian pula di semester II 2020 nanti dimana fokusnya tetap berada di UMKM.
"Meski kita fokus ke UMKM tapi bisnis BRI tetap tumbuh positif," kata Sunarso.
Selain itu, upaya lain yang dilakukan BRI untuk membantu UMKM tetap survive ialah dengan melakukan restrukturisasi kredit. Hingga 31 Juli 2020, BRI tercatat telah melakukan restrukturisasi pinjaman senilai Rp 183,7 triliun kepada 2,9 juta debitur.
Adapun, BRI berhasil meraup laba Rp 10,2 triliun di semester I 2020. Angka tersebut lebih rendah dari laba tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp 16,16 triliun. Aset secara konsolidasi perseroan menyentuh angka Rp 1.387,76 triliun atau tumbuh 7,73 persen hingga Juni 2020.
Advertisement
BRI Cetak Laba Rp 10,2 Triliun di Semester I 2020
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berhasil meraup laba Rp 10,2 triliun di semester I 2020. Angka tersebut lebih rendah dari laba tahun sebelumnya di periode yang sama sebesar Rp 16,16 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan, sejak awal Covid-19 melanda Indonesia, BRI telah berkomitmen untuk melindungi dan membangkitkan UMKM karena UMKM jadi sektor paling terdampak pandemi.
"Meski kita fokus ke UMKM tapi bisnis BRI tetap tumbuh positif. Aset secara konsolidasi mencapai Rp 1.387,76 triliun atau tumbuh 7,73 persen hingga Juni 2020," ujar Sunarso dalam konferensi pers virtual, Rabu (19/8/2020).
Lalu hingga akhir Juni 2020, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI konsolidasian tercatat memcapai Rp 1.072,50 triliun atau tumbuh 13,49 persen yoy. Pencapaian ini lebih tinggi dari penghimpunan DPK industri perbankan di bulan Juni 2020 yang tercatat sebesar 7,95 persen yoy.
"DPK BRI didominasi oleh dana murah (CASA) sebesar 55,81 persen," kata Sunarso. Di sisi lain, pandemi mampu mendorong transaksi digital di BRI sehingga mampu mendongkrak pencapaian pendapatan berbasis komisi. Hingga akhir Semester I 2020, pendapatan berbasis komisi BRI tercatat sebesar Rp 7,46 Triliun atau tumbuh 18,59 persen yoy. BRI juga mampu menjaga loan to deposit ratio (LDR) secara ideal di angka 86,06 persen, atau lebih rendah dengan LDR BRI di akhir Juni 2019 sebesar 92,81 persen. Sementara itu, permodalan BRI terjaga dengan CAR sebesar 20,15 persen.
Lalu untuk Non Performing Loan (NPL) BRI terjaga di angka 2,98 persen bank only dan 3,1 persen secara konsolidasi, dengan NPL coverage mencapai 187,73 persen hingga akhir Juni 2020.
Krisis yang tengah terjadi saat ini menjadi akselerator transformasi yang telah dilakukan BRI sejak 2016 lalu. Transformasi yang dilakukan BRI semata-mata untuk menyelamatkan UMKM agar lapangan kerja tercipta.
"Meningkatkan produktivitas UMKM artinya sama dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia," pungkas Sunarso.