Tidak Murah, PSG Keluarkan Rp 22,11 Triliun untuk Capai Final Liga Champions

PSG mencapai final Liga Champions untuk pertama kali sepanjang sejarah.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 19 Agu 2020, 17:00 WIB
Para pemain Paris Saint-Germain (PSG) berselebrasi di akhir pertandingan setelah menang atas RB Leipzig pada semifinal Liga Champions di Estadio da Luz, Lisbon, Selasa (18/8/2020). PSG melaju ke final Liga Champions setelah mengalahkan Leipzig tiga gol tanpa balas. (David Ramos/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Lisbon - Setelah mengeluarkan lebih dari satu miliar euro untuk membangun tim plus puluhan juta demi memakai jasa pelatih kelas dunia, Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya masuk final Liga Champions. Namun, biaya sebesar itu masih belum tentu membuahkan trofi.

PSG menembus laga puncak Liga Champions 2019/2020 usai menaklukkan RB Leipzig 3-0 di Estadio da Luz, Selasa (18/8/2020) atau Rabu dini hari WIB. Gol kemenangan datang dari Marquinhos, Angel Di Maria, dan Juan Bernat.

Setelah sebelumnya maksimal mencapai semifinal pada 1994/2995, ini adalah kali pertama mereka lolos ke final Liga Champions. Pasukan Thomas Tuchel selanjutnya menghadapi pemenang Olympique Lyon Bayern Munchen.

Perjalanan PSG mencapai titik ini tidak murah. Qatar Sports Investments (QSI) mencanangkannya dengan menanam investasi besar-besaran usai membeli klub pada 2011.

Hingga musim panas 2019, Transfermarkt mencatat QSI sudah menyetor 1,254 miliar euro atau Rp 22,11 triliun untuk membeli pemain.

 

Saksikan Video PSG di Liga Champions Berikut Ini


Pecahkan Rekor Transfer

PSG membeli Neymar pada 2017. (AFP/Franck Fife)

Puncak aktivitas PSG terjadi pada 2017. PSG memecahkan rekor transfer dunia dengan merekrut Neymar dari Barcelona senilai 222 juta euro.

Pada musim sama mereka meminjam Kylian Mbappe dari AS Monaco sebelum mematenkan kehadirannya dengan biaya 145 juta euro.

Pembelian mahal lainnya mencakup Edinson Cavani (64,5 juta euro), Angel Di Maria (63 juta euro) , dan Mauro Icardi (50 juta euro).

 


Sewa Pelatih Kelas Dunia

Proyek Carlo Ancelotti di PSG terhenti pada 2013 karena aksi pembajakan Real Madrid. (AFP PHOTO / MARWAN NAAMANI)

Namun, skuat penuh bintang itu tidak cukup. Dibutuhkan pelatih berkaliber demi meracik mereka menjadi tim kompak.

Proyek bersama Carlo Ancelotti, ketika itu masih mengoleksi dua gelar Liga Champions, terhenti karena godaan Real Madrid. PSG lalu berjalan stagnan bersama Laurent Blanc, yang berujung pada pemecatan dan pembayaran kompensasi senilai 22 juta euro pada 2016.

Unai Emery juga tidak mampu berkontribusi, sebelum QSI akhirnya mempercayakan tim kepada Tuchel.


Kiprah Tuchel

Pelatih PSG Thomas Tuchel, memberikan arahan kepada pemainnya saat menghadapi Borussia Dortmund di 16 besar musim ini. (AFP/Ina Fassbender)

Kinerja tim pada musim debut Tuchel menunjukkan masalah PSG masih sama. Mereka belum memiliki mental untuk bersaing di Liga Champions yang kental tradisi. Terbukti Les Parisiens terhenti di 16 besar.

Sampai akhirnya tren itu terhenti pada musim ini. PSG akhirnya mencapai final. Kini mereka coba mewujudkan ambisi pada laga puncak nanti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya