Liputan6.com, Jakarta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat kelompok rumah tangga (RT) mengalami kesulitan pembiayaan selama pandemi. Baik rumah tangga pekerja maupun usaha dengan kedalaman yang berbeda.
Dari hasil risetnya, Kepala Pusat Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho menyebutkan, 87,3 persen RT usaha dan 64,8 persen RT pekerja merasa mengalami kesulitan keuangan selama pandemi berlangsung. "Proporsi lebih tinggi bagi rumah tangga usaha," kata Eko dalam video konferensi, Rabu (19/8/2020).
Advertisement
Eko menambahkan, sebagian besar rumah tangga memanfaatkan keberadaan tabungan, aset, dan pinjaman kerabat untuk mempertahankan daya beli.
Adapun kesulitan ekonomi yang dimaksud termasuk untuk membeli makanan maupun nonmakanan, seperti pakaian maupun alat kebersihan.
Kelompok rumah tangga pekerja maupun usaha berdasarkan hasil survei juga merasa kesulitan untuk membayar sejumlah tagihan dan cicilan selama masa pandemi.
"Rumah tangga pekerja lebih merasa berat untuk membiayai konsumsi dan relatif homogen di berbagai kelompok pengeluaran," sebut Eko.
Secara rinci, untuk pembiayaan makanan 32,15 persen RT usaha dan 67,85 persen RT pekerja mengalami kesulitan. Kesulitan di bidang lain nonmakanan, yaitu untuk RT usaha sebesar 29,80 persen dan RT pekerja 70,20 persen.
Kesulitan pembiayaan tagihan (sekolah, listrik, dan air) untuk RT usaha 33,40 persen dan RT pekerja 66,60 persen. Dan cicilan baik KPR, KArtu Kredit dan lainnya untuk RT usaha 29,84 persen, dan RT pekerja 70,16 persen.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan video di bawah ini:
Survei LIPI: Kelompok Rumah Tangga Masih Ragu Tingkatkan Konsumsi
Ketidakstabilan kondisi perekonomian akibat pandemi COVID-19 semakin dirasakan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya rumah tangga.
“Konsumsi rumah tangga, sebagai penopang utama perekonomian melambat secara signifikan, di mana pada akhirnya memengaruhi kinerja industri dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)”, ungkap Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho, Rabu (19/8/2020).
Agus menjelaskan, rumah tangga merupakan pelaku ekonomi terkecil dan terpenting, mengingat semua kegiatan ekonomi berawal dari sana. “Rumah tangga Indonesia yang terdampak terdapat dua sisi secara bersamaan, yaitu kontraksi pendapatan dan keterbatasan ruang konsumsi,” jelas Agus.
Dirinya menjabarkan, kontraksi pendapatan terjadi karena adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pengurangan gaji, dan penurunan laba usaha. “Sementara keterbatasan ruang konsumsi di antaranya karena adanya pembatasan mobilitas masyarakat,” jelas Agus.
Survei Pusat Penelitian Ekonomi LIPI berhasil menjaring 1.548 rumah tangga yang tersebar di 32 provinsi. Responden diambil sebagian besar berstatus Rumah Tangga Pekerja yaitu, 79,7 persen dan selebihnya pada Rumah Tangga Usaha dengan komposisi 20,3 persen.
Hasil survei menunjukkan dampak pandemi terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangga mengalami keterpurukan. “Baik Rumah Tangga Usaha maupun Rumah Tangga Pekerja memanfaatkan keberadaan tabungan, aset, dan atau pinjaman kerabat”, terangnya.
Agus mencontohkan, Rumah Tangga Pekerja relatif lebih tangguh dalam kemampuan konsumsi dibanding Rumah Tangga Usaha.
“Bahkan Rumah Tangga Usaha mengalami kesulitan dalam membayar tagihan dan cicilan rumah tangga,” jelasnya.
Dari sisi lain, Rumah Tangga Usaha dan Rumah Tangga Pekerja dalam enam bulan ke depan mulai merasa yakin untuk bekerja dan berusaha, tapi masih ragu untuk meningkatkan konsumsi.
“Sejauh ini, tercatat 19,4 persen rumah tangga telah melaporkan pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah,” tutup Agus.
Advertisement