Wall Street Ditutup Melemah Akibat Prediksi Ekonomi yang Suram

Bursa saham di Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta).

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 20 Agu 2020, 06:39 WIB
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) karena prospek ekonomi yang suram dari Federal Reserve menggagalkan antusiasme seputar rekor penilaian untuk Apple.

Dikutip dari CNBC, Kamis (20/8/2020), S&P 500 turun 0,4 persen menjadi 3.374,85. Dow Jones Industrial Average turun 85,19 poin atau 0,3 persen menjadi ditutup pada 27.692,88. Sedangkan Nasdaq Composite tertinggal dengan turun 0,6 persen menjadi 11.146,46.

Dalam risalah pertemuan Juli, The Fed mengatakan "krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung akan sangat membebani kegiatan ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat dan menimbulkan risiko yang cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah."

The Fed mempertahankan suku bunga bulan lalu, mencatat bahwa ekonomi masih membutuhkan dukungan moneter.

Hal tersebut menjatuhkan S&P 500 dari rekor intraday yang ditetapkan di awal sesi perdagangan. Indeks saham Dow dan Nasdaq juga berubah negatif setelah risalah dirilis. Sementara itu, imbal hasil obligasi naik setelah rilis bersama dengan dolar AS. Harga emas juga jatuh karena berita tersebut.

Sebelumnya pada hari itu, Apple menjadi perusahaan AS pertama yang mencapai kapitalisasi pasar $ 2 triliun.

Dengan pencapaian tersebut, Apple secara resmi menggandakan valuasinya hanya dalam waktu dua tahun. Pada 2020 saja, saham Apple telah melonjak hampir 60 persen dan merupakan salah satu saham yang memimpin pasar dari posisi terendah akibat virus corona. Saham ditutup jauh dari tertinggi, menambah keuntungan hanya 0,1 persen.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penutupan Sebelumnya

Sentimen bervariasi di awal pekan telah mendorong bursa saham Amerika Serikat menguat dengan indeks saham Dow Jones naik 14,57 poin.

Sehari sebelumnya, Indeks saham S&P 500 naik ke level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta), menutup kerugian akibat aksi jual yang disebabkan oleh virus corona yang menjatuhkannya dari rekor sebelumnya pada bulan Februari.

Dikutip dari CNBC, Rabu (19/8/2020), S&P 500 naik 0,2 persen menjadi 3.389,78. Ini menjadi level tertinggi sepanjang masa intraday, yang sehari sebelumnya mencapai 3.395,06.

Pergerakan S&P 500 ke rekor tertinggi terjadi setelah indeks bergerak flutuatif dengan penutupan tertinggi sepanjang masa selama lebih dari seminggu. Ini juga mengkonfirmasi dimulainya pasar bullish baru.

"Ada banyak kabar baik yang tampaknya memvalidasi," kata Andrew Slimmon, Direktur Pengelola di Morgan Stanley Investment Management.

Slimmon mencatat data ekonomi telah menguat baru-baru ini dan pendapatan perusahaan telah melampaui ekspektasi analis.

"Tapi saya berpendapat pasar di sini sangat rentan terhadap beberapa jenis berita buruk ... Anda melihat jenis saham yang berhasil, dan mereka berisiko tinggi," kata Slimmon.

Saham Amazon unggul dengan naik lebih dari 4 persen pada perdagangan Selasa. Netflix dan Alphabet naik setidaknya 2 persen.

Sementara itu, Nasdaq Composite juga mencapai rekor dengan naik 0,7 persen menjadi 11.210,84. Dow Jones Industrial Average tertinggal, turun 66,84 poin atau 0,2 persen menjadi 27.778,07 karena Home Depot dan Walmart keduanya turun meskipun hasil pendapatan menguat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya