Kisah Kurir Berkaki 1 Punya Misi Mengantarkan 1 Juta Paket

Berkebutuhan khusus bukan alasan untuk tak berdaya, begitulah pesan yang hendak disampaikan seorang kurir difabel asal Tiongkok.

oleh Asnida Riani diperbarui 21 Agu 2020, 02:05 WIB
Ilustrasi kurir mengantarkan paket. (dok. unsplash/@markusspiske)

Liputan6.com, Jakarta - Kondisi khusus bukanlah alasan untuk tak berdaya. Pesan itulah yang hendak disampaikan seorang kurir berkaki satu asal Tiongkok bernama Shen Guangyu.

Demi membuktikannya, Shen bahkan punya misi mengantarkan satu juta paket. Melansir laman South China Morning Post, Kamis, 20 Agustus 2020, setiap hari ia melewati jalan-jalan Shanghai guna memenuhi misi tersebut.

"Saya mendistribusikan kurang lebih 260 hingga 270 paket setiap hari. Angkanya bisa jauh lebih tinggi di musim-musim ramai. Biasanya setelah September saat banyak promo. Saya sangat sibuk di waktu-waktu itu," tuturnya.

Shen kehilangan satu kakinya di usia enam tahun saat terjebak di pompa air di sebuah sawah. Beberapa tahun dilalui Shen dengan bekerja memperbaiki sepatu sebelum menyadari panggilan di bidang layanan pengantaran paket.

"Saya mengendarai motor roda tiga saya untuk mengantarkan paket. Awalnya saya tak mau turun dari kendaraan saya, takut orang membicarakan kebutuhan khusus saya. Tapi, saya lama-lama terbiasa," ucapnya.

Ia pun merasa lebih termotivasi setelah mendapat dukungan dari tak sedikit orang. "Lalu, saya jadi lebih senang bekerja sebagai seorang kurir," imbuh Shen. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Biarkan Mereka Berdaya

Shen Guangyu, kurir berkaki satu asal Tiongkok yang punya misi mengantarkan sejuta pesanan. (dok. screenshot video Twitter @SCMPNews)

Selama lima tahun terakhir, Shen dilaporkan telah mengantarkan 500 ribu paket. Ia sudah berada di titik separuh dari total targetnya, yakni satu juta paket.

Shen pun jadi contoh lain bahwa sudah semestinya banyak pihak setop menghasihani para penyandang disabilitas. Emosi ini dikatakan malah membuat mereka jadi tak berdaya dan tak bisa hidup normal.

Rasa kasihan, kata Founder Difalink Ni Komang Ayu Suriani, beberapa waktu lalu, akan lebih bermakna ketika diterjemahkan ke sesuatu, diutamakan tindakan berdampak baik bagi penyandang disabilitas. Salah satunya dengan tak membedakan saat bekerja bersama difabel.

"Jangan berpikir mereka dipekerjakan karena kasihan, cuma memenuhi kuota. Mereka jadi tersinggung, tidak betah kerja. Padahal, mau masuk kan ada kategori yang harus dipenuhi. Tidak jauh berbeda dengan orang biasa," papar Suri.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya