Liputan6.com, Jakarta - Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir bersama dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengadakan pertemuan bilateral dengan State Councilor dan Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Wang Yi di Sanya, Hainan, China, Kamis (20/8/2020).
Dalam pertemuan tersebut turut hadir sejumlah perusahaan farmasi asal China, dengan menjadikan penguatan kerjasama di bidang vaksin sebagai agenda utamanya.
Advertisement
Pertemuan ini merupakan pertemuan tindak lanjut dari pertemuan daring bersama Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada akhir Juli 2020. Selain itu, Erick Thohir, yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi diutus Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menindaklanjuti beberapa kerjasama bilateral, termasuk kerjasama di bidang vaksin dan kerjasama ekonomi lainnya dengan RRT.
Sebagai bagian dari peringatan hubungan diplomatik Indonesia-China ke-70 tahun, kedua negara berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama di bidang vaksin. Pembicaraan ini sudah dilakukan sejak sebulan lalu.
"Alhamdulillah pada hari ini kami mengadakan pertemuan dan negosiasi. Pembicaraan berlangsung sangat positif. Sinovac bahkan sudah menandatangani kerjasama transfer knowledge dengan Bio Farma," ujar Erick Thohir, Kamis (19/8/2020).
Erick menjelaskan, penyaluran bahan baku vaksin dari Sinovac akan dimulai pada November mendatang. Dia menegaskan kerjasama ini tak sekadar transaksi dari sisi ekonomi, melainkan pula transfer teknologi maupun pengetahuan seperti yang sudah ditandatangani antara Sinovac dengan Bio Farma.
Di kesempatan itu, Indonesia menyampaikan mengenai pentingnya jumlah vaksin yang memadai, tepat waktu, aman dan dengan harga yang terjangkau. Erick juga melihat adanya komitmen kuat dari sejumlah industri farmasi Tiongkok untuk melakukan kerjasama vaksin dengan Indonesia.
Selain pertemuan dengan Sinovac, Pemerintah RI juga tengah menjajaki kerjasama dengan perusahaan farmasi Tiongkok lainnya, yakni CanSino Biologics dan Sinopharm.
"Kami di Komite memperbesar dan melakukan berbagai daya upaya untuk mengurangi penyebaran virus sambil terus membangun kemandirian bangsa lewat pengembangan vaksin Merah Putih dan terapi penyembuhan. Sambil menunggu vaksin Merah Putih, vaksin dari negara lain masih dibutuhkan untuk melindungi masyarakat Indonesia agar Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit," sambung Erick.
Dia menambahkan, Indonesia juga terus terbuka dan menjajaki kerjasama internasional lainnya untuk memastikan dan mengakselerasi ketersediaan vaksin Covid-19 yang aman dan efektif di Indonesia.
Kerjasama internasional di bidang vaksin menjadi salah satu dari berbagai berbagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Diantaranya melakukan 3T (test, trace, treat), mendorong perubahan perilaku, menyiapkan kemandirian bangsa lewat pengembangan vaksin merah putih, dan terapi penyembuhan, hingga menyiapkan kapasitas produksi dan distribusi di dalam negeri untuk produksi dan vaksinasi massal.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
180 Juta Orang Bakal Disuntik Vaksin Covid-19 di 2021
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, pemerintah terus berupaya mempersiapkan produksi vaksin penangkal Covid-19 agar bisa didistribusikan kepada masyarakat 2021 mendatang.
Menurut dia, vaksin merupakan kunci utama penangkal wabah pandemi virus corona yang dampaknya akan bersifat panjang.
"Pemerintah melihat situasi pandemi ini sebagai sesuatu yang sifatnya multiyears, tidak hanya satu tahun. Jadi kuncinya ada di dalam vaksin, sehingga pemerintah melihat vaksin ini diharapkan bisa ditemukan tahun depan," ujarnya dalam sebuah sesi webinar, Kamis (20/8/2020).
"Dimana beberapa vaksin itu sedang clinical trial. Ada vaksin satu di Bandung, kemudian vaksin dua koordinasi di Jakarta, kemudian juga ada vaksin merah putih diharapkan (keluar) di kuartal 2 tahun depan," beber dia.
Airlangga menyatakan, penyuntikan vaksin tidak dapat dilakukan dalam satu kali. Negara besar seperti Amerika Serikat dikatakannya telah mempersiapkan empat kali suntikan vaksin Covid-19 untuk penduduknya.
"Indonesia menyiapkan Rp 5 triliun tahun ini, tahun depan diperkirakan bagaimana 180 juta penduduk ini mempunyai akses terhadap imunisasi," jelas dia.
Dalam imunisasi ini, ia menambahkan, Indonesia harus bisa memvaksin sekitar 180 juta orang dalam dua kali suntikan. Artinya dibutuhkan 360 juta dosis, dan perlu dilakukan imunisasi untuk 1 juta orang per hari.
"Nah tentu kalau 1 juta vaksin ini kita memprioritaskan kepada daerah yang terdampak lebih dulu yang 8 daerah. Kemudian tentu secara bertahap dari grup usia. Kalau kita lihat dari batas usia, umur yang efektif antara 19-59 tahun," tuturnya.
Advertisement
Pemerintah Bakal Imunisasi Massal Vaksin Covid-19 Awal 2021
Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir menargetkan, produksi vaksin Covid-19 bisa selesai awal 2021.
Erick mengatakan, penemuan vaksin merupakan prioritas selanjutnya setelah pemberian stimulus. Dia memproyeksikan, vaksin yang dikerjakan holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) tersebut bakal selesai dan diberikan kepada seluruh masyarakat di awal tahun depan.
"Kita menggerakan yang namanya stimulus ekonomi dan penemuan vaksin, yang nantinya kita harapkan awal tahun depan itu imunisasi massal," kata Erick Thohir dalam sesi webinar, Sabtu (15/8/2020).
Menurut dia, penemuan vaksin tersebut merupakan kunci awal untuk kembali menumbuhkan aktivitas perekonomian. Oleh karenanya, ia juga mengimbau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang sempat meminta prioritas pemerintah untuk bersabar sedikit.
"Karena itu kemarin saya juga ketemu Kadin, kita sampaikan sabar. Karena setelah ini dilakukan baru kita bicara indonesia tumbuh," imbuh Erick.
Lebih lanjut, Erick juga mencibir sejumlah pihak yang mengatakan pemerintah telah gagal dalam memerangi wabah pandemi Covid-19.
Padahal, ia menyatakan, secara angka penanganan Indonesia masih jauh lebih baik dibanding negara-negara besar seperti Amerika Serikat.
"Jadi tidak ada yang salah dari Indonesia. Seakan-akan asumsi luar kita gatot, gagal total. Padahal kita ini sama baiknya. Kalau mau berdebat tingkat misalnya yang meninggal, kita balikan jumlahnya yang meninggal dan populasi, kita ini jauh lebih baik dari Amerika, Rusia, India," tuturnya.
"Kalau dibandingkan dengan negara yang populasinya 1/10 ya tidak fair. Apalagi kita negara kepulauan, bukan negara daratan," ujar Erick.