Pulau Spike, Penjara Historis di Atas Air yang Jadi Tempat Wisata

Pulau Spike merupakan benteng berbentuk bintang di atas pulau di lepas pantai barat daya Irlandia yang dulunya pernah menjadi salah satu penjara terbesar di dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Agu 2020, 18:35 WIB
Pulau Spike (facebook.com/Fortress Spike Island, Cork)

Liputan6.com, Irlandia - Pulau Spike merupakan benteng berbentuk bintang di atas pulau di lepas pantai barat daya Irlandia yang dulunya pernah menjadi salah satu penjara terbesar di dunia. Pulau Alcatraz versi Irlandia ini juga menerima kunjungan turis dengan muatan kapal sebelum pandemic.

Pada tahun 1.800-an, pulau itu adalah tempat yang pernah ditinggalin oleh banyak tahanan, dengan lebih dari 1.000 tahanan meninggal di sana dalam waktu kurang dari empat tahun. Dalam upaya untuk mempelajari lebih lanjut tentang orang-orang yang tewas di pulau penjara ini, ahli biologi Barra O'Donnabhain mulai menggali kuburan narapidana pada tahun 2013.

Selama tujuh tahun terakhir, O'Donnabhain dan timnya telah mengungkap beberapa misteri yang terkubur di Pulau Spike, termasuk prosedur mengerikan yang telah lama dilakukan pada mayat tahanan, demikian seperti dikutip dari CNN, Minggu (23/8/2020).

Pada Agustus 2020, manajer pulau, John Crotty mengumumkan salah satu penemuan terbesarnya yaitu tangga batu rahasia yang berasal dari akhir abad ke-18.

Saksikan Vidio Pilihan Berikut Ini:


Bagaimana Sebuah Pulau Menjadi Penjara

Kehidupan napi di penjara seperti alam liar

Catatan awal menunjukkan bahwa pulau seluas 104 hektar itu pada abad ke-6 mungkin merupakan pemukiman biara yang secara bertahap berkembang menjadi pangkalan militer Inggris pada abad ke-18, sebelum menjadi penjara bagi narapidana yang menunggu untuk dikirim ke koloni, seperti Australia dan Bermuda.

Benteng Inggris seluas 10 hektar ini dibangun pada akhir 1700-an namun dianggap terlalu kecil untuk melindungi kekaisaran dari kemungkinan invasi oleh pasukan Napoleon, sehingga dibangunlah  benteng kedua seluas 24 hektar yang jauh lebih besar pada tahun 1804.

Namun baru-baru ini, pekerjaan penggalian di sebuah terowongan dari benteng bagian dalam ke parit luar mengungkap tangga batu rahasia yang berbentuk spiral, yang tidak tercatat dalam rencana pulau. Pada tangga tersebut ditemukan tulang hewan besar dan sebotol anggur yang sudah rusak.

"Denah tahun 1804 dan gambar selanjutnya tidak ada yang menjelaskan tentang tangga tersebut, jadi ini sungguh mengejutkan sekaligus menyenangkan melihat pintu ini mengarah ke ruang rahasia tempa batu yang indah," kata Crotty dalam siaran pers.

Asisten manajer Spike Island, Alan O'Callaghan mengatakan "Itu juga mengarah pada kemungkinan bahwa ada tangga lainnya yang mungkin lebih tua di sekitar benteng ini. Mungkin digunakan untuk tujuan lain selama bertahun-tahun, seperti upaya melarikan diri dan sebagainya."

"Penjara dibuka sebagai tanggapan krisis pemerintah terhadap kelaparan besar dan meningkatnya kriminalitas yang melanda karena sistem pengadilan saat itu menghukum pencurian dengan sangat kejam," tambah O'Donnabhain, seorang profesor arkeologi di University College Cork di Irlandia.


Neraka di Bumi

Ilustrasi penjara Guyana (AFP)

Menurut O'Donnabhain, pada tahun 1853 jumlah tahanan di pulau itu telah meningkat menjadi 2.500, menjadikannya sebagai penjara terbesar di Kerajaan Inggris pada saat itu dalam hal jumlah tahanan. Karena terlalu banyak, mereka menggunakan sistem 40 tahanan di setiap kamar bergaya asrama berukuran 40x18 kaki dan tidak ada sel individu kecuali bagi penjahat berbahaya.

Berbagai catatan narapidana merinci bagaimana tahanan diikat dari pergelangan tangan hingga ke pergelangan kaki, yang mereka gambarkan sebagai "Neraka di Bumi." O'Donnabhain juga menjelaskan bahwa rejim kerja paksa penjara yang kejam ditambah dengan kondisi hidup yang buruk membuat narapidana meninggal hampir setiap hari pada tahun-tahun awal.


Menggali Spike

Catatan menunjukkan bahwa salah satu dari dua pulau itu menampung lebih dari 1.000 tahanan yang meninggal sebelum tahun 1860. O'Donnabhain mengatakan pada 2018 dia dan timnya telah menggali 35 penguburan yang digunakan sejak 1860 dan seterusnya. Lalu semakin hari jumlah kematian semakin berkurang drastis menjadi sekitar satu per bulan.

Dia mengatakan dia terkejut dengan elemen perawatan yang digunakan ketika para narapidana mengubur sesama narapidana, terutama bagaimana mereka sangat berhati-hati dalam mengecat peti mati pinus yang murahan agar terlihat seperti peti kayu.

"Saya melihatnya sebagai hadiah dari satu narapidana ke narapidana lain. Anda dimakamkan di kuburan narapidana di pulau narapidana yang jauh dari masyarakat lainnya, namun rekan-rekan anda dengan bersungguh-sungguh membuat pernyataan bahwa orang-orang tersebut memang berharga," jelas O'Donnabhain.


Tengkorak yang Hilang

Ilustrasi tengkorak yang pernah melakukan trepanasi (Wikimedia Commons)

Namun, salah satu penemuan paling aneh adalah bahwa ada segelintir kerangka tengkoraknya telah hilang. O'Donnabhain berspekulasi bahwa ini mungkin telah menjadi bagian dari penelitian pada tahun 1870-an yang dipelopori oleh ilmuwan Italia Cesare Lombroso untuk mengidentifikasi ciri-ciri fisik dari para penjahat.

"Lombroso melakukan banyak otopsi terhadap penjahat yang digantung, dan dia menemukan variasi tertentu dalam struktur tengkorak yang menurutnya merupakan tanda 'penjahat yang lahir alami'," jelas O'Donnabhain. Namun O'Donnabhain mengatakan dia tidak bisa memastikan bahwa memang itulah yang mereka lakukan di Pulau Spike.


Latar Belakang Napi yang Sama dari Zaman ke Zaman

Ketika penjara abad ke-19 ditutup pada tahun 1883, pulau tersebut kembali ke fungsi semula sebagai barak militer namun dibuka kembali sebagai penjara dari tahun 1985 hingga 2004.

O'Donnabhain mengatakan ketika ia tiba hampir satu dekade kemudian, dia masih melihat seprai di tempat tidur. Jadi, sebelum dia mulai menggali, timnya mendokumentasikan penampakan yang dibuat oleh tahanan abad ke-20.

"Apa yang benar-benar mengejutkan saya dalam melakukan pekerjaan itu adalah kesinambungan antara penjara tahun1800-an dengan penjara modern," kata O'Donnabhain.

Grafiti di dinding terlihat menuliskan nama panggilan, kalimat, dan kampung halaman para tahanan. O'Donnabhain mengatakan para tahanan modern ini berasal dari "lubang hitam” yang sama dengan para tahanan selama era Victoria tersebut. "Anda melihat dinamika yang persis sama dalam arti bahwa mereka yang di penjara memiliki latar belakang yang sama, yaitu orang miskin yang kurang beruntung," katanya.

Pulau Spike pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 2016 dan dinobatkan sebagai "Daya Tarik Wisata Terkemuka Eropa" oleh World Travel Awards pada tahun 2017. O'Donnabhain mengatakan itu karena para turis ingin menjelajahi pulau dengan masa lalunya yang kelam.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya