Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, risiko penularan Covid-19 di transportasi umum kecil. Anies menyampaikan hal ini berdasarkan salah satu penelitian yang dia baca. Dalam penelitian itu, disebutkan bahwa risiko penularan virus di transportasi publik negara-negara Asia dan Amerika itu kecil.
"Kami menemukan situasi di mana risiko penularan di kendaraan umum mungkin kecil. Kalau kita lihat penelitian di Asia dan di Amerika, risiko penularan di transportasi publik itu kecil," ujar Anies, Sabtu (22/8/2020).
Advertisement
Anies menambahkan, risiko penularan di transportasi publik bisa sangat minim bila kedisiplinan masyarakat itu tinggi dalam menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebutkan bahwa alasan lainnya yang membuat risiko penularan di transportasi umum itu kecil karena tidak adanya interaksi dalam transportasi umum. Para penumpang tidak berbicara satu sama lain karena tidak kenal. Hampir semuanya fokus dengan dirinya sendiri maupun gadgetnya. Sehingga tidak ada penularan droplet melalui mulut yang bercakap-cakap satu sama lain.
"Jadi perjalanan dari rumah ke kantor naik kendaraan umum pakai masker. Merasa saling tidak kenal, tidak mengobrol. Maka potensi penularan jadi rendah," kata Anies Baswedan.
Risiko Perkantoran
Selain itu, pengguna transportasi umum cenderung sudah disiplin dalam menggunakan masker. Anies justru mengungkapkan bahwa tingginya risiko penularan Covid-19 justru terjadi di perkantoran. Hal ini dikarenakan para pegawai di perkantoran banyak yang tidak memakai masker selama di kantor.
"Kalau kita lihat, di kantor justru orang lepas masker. Baru sampai kantor langsung lepas masker. Ngobrol karena ketemu dengan orang yang dikenal," ujar Anies.
Dia melihat, masyarakat cenderung mengabaikan protokol kesehatan karena merasa sudah kenal dan dekat dengan teman kerjanya. Masyarakat merasa orang yang dikenal itu aman dari virus Corona, sehingga tidak akan ada penularan virus satu sama lain.
"Kita ini punya kecenderungan kalau merasa kenal lalu aman, padahal mana kita tahu kalau yang bersangkutan memang aman atau sudah terpapar tanpa gejala," ujarnya.
Reporter: Rifa Yusya Adilah
Merdeka.com
Advertisement