Liputan6.com, Jakarta - Pariwisata menjadi sektor yang paling terpuruk di masa pandemi Covid-19. Pasalnya, bisnis tersebut sangat bergantung pada pergerakan orang. Tapi, kebijakan karantina hingga berkegiatan di rumah saja mengerem laju mobilitas manusia secara mendadak.
Namun, minat orang untuk berpelesir di tengah pembatasan ini tak bisa disangkal. Buktinya bisa terlihat dari ramainya pengunjung memadati sederet destinasi wisata, khususnya di masa libur panjang. Situasi tersebut dimanfaatkan sejumlah operator open trip untuk membuka layanannya kembali.
Baca Juga
Advertisement
Salah satunya Travel Trip. Di masa adaptasi kebiasaan baru, operator tersebut membuka perjalanan ke sejumlah tempat wisata sejak 28 Juni 2020. Tak hanya jarak dekat, seperti wisata ke Kepulauan Seribu dan Ciwidey, Kabupaten Bandung, tetapi sudah menjangkau Dieng, Bromo, Malang, hingga wisata Jogja-Merapi-Malang.
"Sekitar enam bulan para pelaku wisata tak mendapat penghasilan sama sekali karena ditutupnya semua tempat wisata, tapi di era new normal ini, beberapa tempat wisata mulai dibuka kembali. Karena itu, Travel Trip ingin mengajak masyarakat kembali berwisata untuk membangkitkan pariwisata Indonesia," ucap Ryan Adinoer Pratama, selaku pemilik Travel Trip, dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat, 21 Agustus 2020.
Sejak kembali menjalankan bisnis, total 14 open trip sudah digelar dengan jumlah peserta mencapai 1.112 orang. Ryan menyebut hal itu sebagai bukti bahwa masyarakat sudah merindukan liburan. Kebanyakan mereka, sambung dia, sudah sangat bosan berada di rumah saja selama berbulan-bulan.
"Mereka hanya bisa belajar atau bekerja dari rumah saja akibat pandemi," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Protokol Kesehatan
Sebelum pandemi, open trip banyak diminati para traveler lantaran biayanya relatif terjangkau dengan fasilitas memadai. Namun, trip seperti ini umumnya mengandalkan jumlah peserta yang ramai untuk menekan harga.
Di masa pandemi, operator dituntut menerapkan protokol kesehatan secara maksimal sehingga jumlah peserta juga harus dikalkulasi. Ryan mengaku pihaknya selalu mengecek suhu tubuh para peserta dan panitia secara berkala, mewajibkan penggunaan masker, menggunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah memasuki tempat wisata, dan menjaga jarak.
Kapasitas penumpang di bus yang digunakan untuk perjalananan dibatasi sekitar 70 persen, sedangkan kapasitas kapal dikurangi 50 persen dari normal. Hal itu guna menjaga jarak aman para peserta trip. "Bangku bus diselang-seling, peserta wajib menjaga jaga jarak minimal satu meter dengan peserta lain saat di tempat wisata," sahut dia lagi.
Para peserta open trip umumnya mendaftar berdua bersama saudara atau teman. Mereka yang ikut dalam open trip berlatar anak kuliah, karyawan, hingga buruh pabrik, yang menandakan trip berbiaya terjangkau tetap diminati.
"Untuk makanan, kami sediakan makan siang ketika trip seharian dan kami sediakan makan tiga kali sehari jika perjalanan jarak jauh seperti ke Jogja, Malang, Dieng dan lainnya," kata dia.
Meski begitu, dari sejumlah foto yang diunggah, protokol jaga jarak masih jadi tantangan. Hal itu terlihat dari rapatnya jarak para peserta saat berpose bersama dan kebanyakan tak mengenakan masker dengan benar atau bahkan tak mengenakannya.
Advertisement