5 Alasan Lockdown di Melbourne Tak Berakhir Meski Kasus COVID-19 Turun

Kabar gembira bagi masyarakat Melbourne karena kasus COVID-19 mulai melandai. Namun, lockdown belum berakhir.

Oleh ABC Australia diperbarui 23 Agu 2020, 09:00 WIB
Seorang pria berlatih dengan latar belakang cakrawala Melbourne (11/8/2020). Negara bagian Victoria melaporkan 19 kematian akibat virus corona pada 11 Agustus, menjadikannya hari paling mematikan di negara itu dari pandemi meskipun jumlah kasus baru turun. (AFP/William West)

Liputan6.com, Melbourne - Kota Melbourne kembali menerapkan pembatasan sosial yang ketat pada bulan lalu. Keputusan diambil karena kasus COVID-19 yang menanjak. 

Kini, kasus terpantau sudah menurun. Kapan kebijakan lockdown akan berakhir? 

Dilansir ABC Australia, Sabtu (22/8/2020), sejak lebih dari sebulan lalu, jumlah kasus COVID-19 hari untuk pertama kalinya menyentuh di bawah angka 200. Selain itu selama lima hari berturut-turut tercatat jumlah kasus baru di bawah 300.

Sejumlah pihak menyebutkan ini adalah hasil dari penerapan aturan pembatasan sosial yang sangat ketat di Victoria, yakni pembatasan tahap empat untuk metropolitan Melbourne dan pembatasan tahap 3 untuk wilayah regional.

Namun wakil pejabat tertinggi bidang medis Victoria, Dr Allen Cheng menyatakan kasusnya masih harus menjadi satu atau dua digit sebelum Melbourne dapat keluar dari pembatasan tahap empat.

Menteri Utama Victoria, Premier Daniel Andrews kemarin juga mengindikasikan hal yang sama.

"Meskipun trennya bagus dan angka kasusnya tinggal 200-an bahkan setengah dari jumlah itu pun, jika dilonggarkan sekarang, kita tak akan mengalahan wabah gelombang kedua ini," kata Premier Andrews.

"Kita malah akan memulai gelombang ketiga," tambahnya. Premier Andrews belum mau bicara soal pelonggaran lockdown akibat COVID-19 karena sejumlah alasan berikut ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


1. Ancaman Gelombang Ketiga

Jalan Swanston yang kosong pada malam hari di kawasan pusat bisnis Melbourne selama lockdown, Rabu (5/8/2020). Negara bagian Victoria, hotspot COVID-19 di Australia, melakukan lockdown dan menutup bisnis ritel sebagai upaya mengekang penyebaran virus corona. (AP Photo/Asanka Brendon Ratnayake)

Ada analogi parasut yang digunakan untuk menggambarkan situasi pada awal pandemi ketika orang berbicara soal pelonggaran pembatasan sosial.

Analoginya, kita melompat keluar dari pesawat dan mulai jatuh ke Bumi, lalu kita membuka parasut sehingga kecepatan jatuh kita itu melambat, tapi tentu tak boleh melepaskan parasut itu.

Menjaga jarak, tinggal di rumah, jam malam, mengenakan masker, dan hal lainnya merupakan parasut. Ketika hal itu ditinggalkan, maka akan membawa konsekuensi.

Segala pembatasan sosial yang diibaratkan parasut tersebut kini masih berlaku di Victoria hingga 13 September.

Menurut Preimer Andrews, pihaknya akan terus berpedoman pada rekomendasi pakar kesehatan masyarakat.

"Kita harus menerima seberat apapun bahwa perjalanan kita ini masih panjang. Kita harus berupaya sekuat mungkin menurunkan angka-angka ini," katanya.

Ia mengatakan akan ada saatnya nanti pelonggaran itu dilakukan.


2. Jumlah Tes Menurun

Petugas polisi menghentikan mobil untuk pemeriksaan izin selama tahap empat penguncian kota yang ketat karena wabah COVID-19 di Melbourne (11/8/2020). Negara bagian Victoria melaporkan 19 kematian akibat virus corona pada 11 Agustus. (AFP/William West)

Angka tes COVID-19 dalam sehari di Victoria secara konsisten berada di atas 20.000 hingga minggu ini.

Jumlah tersebut sempat turun pada kisaran 15.000 hingga 18.000 tes.

Pihak berwenang terus mendorong setiap warga yang memiliki gejala atau keluhan untuk melakukan tes COVID-19.

Untungnya, proporsi antara hasil positif dengan jumlah yang ikut tes di Victoria terbilang cukup baik, sekitar 1 persen.

Premier Andrews mengatakan jika persentasenya lebih tinggi, pihaknya khawatir terjadi fenomena gunung es dalam jumlah kasus COVID-19.


3. Banyak Kasus Misterius

Petugas polisi menghentikan mobil untuk pemeriksaan izin selama tahap empat penguncian kota yang ketat karena wabah COVID-19 di Melbourne (11/8/2020). Negara bagian Victoria melaporkan 19 kematian akibat virus corona pada 11 Agustus. (AFP/William West)

Kasus positif COVID-19 yang tak diketahui asal-usulnya lebih mengkhawatirkan bagi pihak berwenang.

Sebuah kasus yang ditemukan tanpa tidak diketahui darimana yang bersangkutan mendapatkannya, membuatnya sulit untuk mengetahui sudah berapa banyak orang lain yang juga terinfeksi.

Di Victoria, dalam tempo dua minggu dari tanggal 4 hingga 17 Agustus, tercatat ada 767 kasus misterius. 

Premier Andrews mengatakan satu kasus misterius berkait dengan minimal satu kasus lain di luar sana.

Jadi, meskipun jumlah kasus yang diumumkan setiap hari sudah turun dan semakin rendah, namun jika kasus yang misterius masih tetap ada maka sulit untuk bicara soal pelonggaran lockdown.

Namun, yang menggembirakan yaitu karena jumlah kasus positif semakin kecil, akan semakin mudah bagi pihak berwenang untuk melacak asal-usul penyebarannya.


4. Tren Penurunan Kasus Belum Stabil

Orang-orang dengan masker berjalan di jembatan yang melintasi Sungai Yarra pada hari pertama wajib masker, di Melbourne Kamis (23/7/2020). Penduduk kota terpadat kedua di Australia, Melbourne, diwajibkan mengenakan masker saat meninggalkan rumah untuk mencegah penyebaran COVID-19. (William WEST/AFP)

Beberapa waktu sebelumnya sempat timbul harapan sudah terjadi tren penurunan angka penurunan di Melbourne, tapi kemudian kasusnya naik lagi.

Premier Andrews sendiri berpatokan pada jumlah rata-rata mingguan.

Namun data perbandingan jumlah kasus mingguan ini belum tersedia karena pembatasan tahap empat baru berjalan selama tiga minggu sejak 2 Agustus.

Ia menyatakan penurunan kasus beberapa hari terakhir belum bisa disebut sebagai tren.

Diakui angkanya mengalami penurunan, namun menurut Premier Andrews, pihaknya tidak berpatokan pada jumlah kasus haran.

"Kasusnya bisa berubah dari hari ke hari. Itulah mengapa tren mingguan jauh lebih penting bagi kami," katanya.


5. Kasus Aktif Masih Tinggi

Petugas kepolisian dan tentara berpatroli di jalur lari yang populer di Melbourne, Selasa (4/8/2020). Melbourne memasuki pembatasan Tahap 4 dengan aturan yang lebih ketat sebagai upaya untuk membatasi pergerakan masyarakat dan penyebaran COVID-19. (William WEST / AFP)

Saat ini tercatat hampir 5.000 kasus aktif COVID-19 secara keseluruhan di Victoria.

Meski jumlah kasus aktif ini menurun, namun prosesnya berjalan lambat.

Satu kasus aktif memerlukan proses untuk dinyatakan bersih dari infeksi. Yang bersangkutan harus melalui proses yang disebut "pelepasan dari isolasi", yang berbeda dengan karantina 14 hari.

Karantina 14 hari ditujukan bagi mereka yang memiliki kontak dengan seseorang yang positif atau berisiko tinggi terinfeksi oleh kasus yang diketahui.

Sedangkan "pelepasan dari isolasi" mencakup proses sebagai berikut: seseorang yang dites positif, diperintahkan menjalani isolasi setidaknya selama 10 hari, mereka diizinkan keluar setelah mendapat persetujuan petugas kesehatan.

Dalam proses tersebut, mereka akan diwawancarai oleh tenaga kesehatan dari lembaga bernama Health Direct.

Tenaga kesehatan dari Health Direct jelas tidak mampu menyelesaikan 2.000 kasus dalam sehari. Artinya, proses ini butuh waktu lama sehingga pelonggaran pembatasan sosial pun akan semakin mundur waktunya.

Jika yang bersangkutan tidak lagi menunjukkan gejala setelah 10 hari dan bukan kelompok berisiko tinggi, proses pelepasan ini tak memerlukan tes lanjutan.

Sebaliknya, isolasi bisa lebih lama jika yang bersangkutan menunjukkan gejala dan pihak tenaga kesehatan akan menghubunginya secara rutin.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya