Liputan6.com, Jakarta - Pandemi corona Covid-19 telah melahirkan berbaaagai tantanan baru dengan maraknya penggunaan teknologi digital. Hal tersebut juga terjadi dalam wisata dengan kehadiran tur virtual yang memiliki potensi sangat besar.
"Potensi tur virtual itu sangat besar. Kalau kita spesifikasikan saja, misalnya, captive market pelajar. Saat ini pelajar tidak boleh ke sekolah, tidak boleh ke mana-mana, karena salah satu yang berisiko tinggi jika terjadi perkumpulan. termasuk juga berwisata secara fisik," ujar Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kemenparekraf/Baparekraf, Muhammad Neil El Himam dalam konferensi virtual, Sabtu (21/8/2020).
Baca Juga
Advertisement
Padahal, menurut Neil, saat zaman ia sekolah selalu ada darmawisata atau study tour setiap tahun. "Nah, ini ada 50 jutaan anak Indonesia. Bagi saya, kesempatan yang paling bagus adalah menjadikan tur virtual, sebagai kegiatan mereka berdarmawisata karena cukup terjangkau," lanjut Neil.
Dengan tur virtual, para pelajar akan menjangkau banyak tempat dengan biaya yang murah. Selain itu, dari segi pembelajarannya pun bisa tercapai.
"Jadi, sekitar 50 juta orang yang membutuhkan tur virtual. Itu belum lagi yang premium dengan berkembangnya tur virtual aat ini," tegas Neil.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menggugah untuk Datang Langsung
Saat ini sudah banyak operator yang menyelenggarakan tur virtual saat pandemi. Sementara pihak Kemenparekraf, bertugas untuk menguatkan keberadaan tur virtual tersebut.
"Tur virtual dapat dikembangkan agar lebih besar untuk mencapai potensi yang ada. Selain itu, bagaimana mentransformasidigitalkan para pelaku wisata ini, seperti para tour guide. Jadi, tur virtual itu harus dilakukan dan diproduksi dengan baik, seperti bagaimana mengemasnya, waktunya," ujar Neil.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Pariwisata Kemenparekraf Wisnu Bawa Tarunajaya mengatakan ada hikmah di balik Covid-19. "Berbicara digital, mau tidak mau ini pilihan kita di masa yang akan datang di masa pascacovid ini. Kami sudah melakukan pelatihan-pelatihan berbentuk hybrid, perpaduan pelatihan online dan offline," ujar Wisnu.
Ia berharap ke depan, dengan perpaduan antara on virtual dan off virtual dapat memberikan informasi yang cepat terhadap destinasi wisata yang ada dan juga bisa jadi pembelajaran di sekolah. Selain itu, tur virtual bisa juga untuk menumbuhkan ajang promosi untuk menggugah orang untuk datang destinasi wisata.
"Kami berharap setelah mereka menyaksikan secara tur virtual, mereka bisa datang ke lokasi secara langsung sehingga perekonomian bisa ikut bergerak," tandaas Wisnu.
Baca Juga
602 Wisatawan Tertahan di Labuan Bajo Imbas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Sejumlah Hotel Beri Diskon Kamar 50 Persen
Tren Wisatawan Indonesia 2024: Jepang Jadi Destinasi Favorit dan Banyak Habiskan Waktu di Hotel yang Ramah Lingkungan
Vaksin-Vaksin yang Harus Diketahui Sebelum Liburan, Lindungi Diri dari Penyakit Berbahaya
Advertisement